Senin, 12 Oktober 2015

Chapter 01 Bidang Kajian Filsafat



Bidang kajian filsafat meliputi Ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga kajian ini merupakan dasar untuk memperoleh pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut. 






Chapter 01
ILMU DAN FILSAFAT: STRUKTUR ILMU
By: Fitria Rosmi, S.Pd dan Deddy Mulyono. S.Pd
Bidang Kajian Filsafat
 
Ontologi
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangang-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal pemikiran barat sudah menunjukan munculnya perenungan dibidang ontologi. Yang tertua diantara segenap filsuf Barat yang kita kenal ialah orang Yunani yang bijak dan arif yang bernama Thales, atas perenungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan subtansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.
Kebenaran yang ada, the being, menjadi masalah ontologi. Filsafat metafisika membahas the being. Filsafat empirisme membahas tentang being pula. Obyek formal ontologi adalah hakekat realitas. Bagi pendekatan kuantitatif matematik realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah telaahannya akan menjadi monisme, paralelisme, atau prilarisme. Bagi pendekatan kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau phylomorphisme. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajaran-ajarannya yang mengataka iar itu itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendirianya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu subtansi belaka. Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda ditengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Ontologi terbagi atas: Ontologi bersahaja, ontologi kuantitatif dan kualitatif, dan ontologi monistik. Adapun istilah-istilah dalam bidang ontologi yaitu: yang-ada (being), kenyataan (reality), eksistensi (existane), perubahan (change), tunggal (one), dan jamak (many).

Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme”  yang berarti pengetahuan dan “logos”  berarti perkataan, pikiran atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya. Epistemologi berupaya mencari kebenaran (truth)  berdasarkan fakta. Kebenaran dibangun dengan logika dan diketahui dengan uji coba konfirmasi tentang data yang dihimpun. Epistemologi berupaya menghimpun empiri yang relevan untuk dibangun secara rasional menjadi kebenaran ilmu.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya. Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah
D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat  dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat  diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu. Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak. Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan” pengetahuan.

Aksiologi
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti: ekonomi, estetika, etika, filsafat, agama dan epistemologi. Epistemologi bersangkutan dengan masalah kebenaran. Etika bersangkutan dengan masalah kebaikan (dalam arti kesusilaan) dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.          
Kebenaran aksiologi adalah kebenaran the right. aksiologi membangun kebenaran dalam makna the right or the wrong. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.  Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konsep dan Komponen Modul Ajar

Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembela...