Kamis, 07 Januari 2016

Chapter 09 Hubungan Etika dengan Ilmu


Ilmu Pengetahuan (science) adalah seperangkat pengetahuan tentang suatu obyek yang tersusun secara sistematis dengan mempertanggung jawabkan obyeknya ialah dengan menunjukkan sebab-sebab terdalam. Ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah universal, abstrak, pemikiran dan teori. Ilmu pengetahuan merupakan hasil cipta, karya, karsa manusia.





Chapter 09
HUBUNGAN ETIKA DENGAN ILMU
By: Dona Syafriana, S.Pd dan Maharani Ramadhanti, S.Pd

Ilmu Pengetahuan (science) adalah seperangkat pengetahuan tentang suatu obyek yang tersusun secara sistematis dengan mempertanggung jawabkan obyeknya ialah dengan menunjukkan sebab-sebab terdalam. Ciri-ciri ilmu pengetahuan adalah universal, abstrak, pemikiran dan teori. Ilmu pengetahuan merupakan hasil cipta, karya, karsa manusia. Manusia ialah makhluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. R.F. Beerling, seoranng profesor Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya. Dengan berfikir dan bertanya manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri dan kemudia lingkungannya bahkan samapai pada hal lain yang enyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya sehingga hanya pada diri manusialah proses terjadinya pengertian menjadi Ilmu pengetahuan. 
Perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan manusia tidak terlepas dari kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan hidup tingkat internasional, diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia itu bergaul untuk menjaga kepentingan masing – masing serta agar perbuatan yang tengah dilakukannya sesuai denagn adat kebiasaan yang berlaku. Hal itu lah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Pengertian Etika
Etika ( entimologi ) berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan ( custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang meupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “mores” yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseoranng dengan melakukan perbuatan yanng baik dan menghindari tindkan- tindakan yang buruk. Dalam kegiatan sehari – hari terdapat perbedaan, yaitu moral untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai - nilai yang berlaku. Dalam bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlaq (moral).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai : (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral ( akhlak ); (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak ; dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suat  golongan atau masyarakat.

Pengertian Ilmu
Ilmu yaitu istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu scientia, atau dalam kaidah bahasa Arab “ilm”. Ilmu adalah pengkajian sejumlah pernyataan yang terbukti dengan fakta dan ditinjau yang disusun secara sistematis dan terbentuk menjadi hukum umum yang dapat diterima oleh semua pihak.
Menurut Jhon G. Kenedy dalama The Liang Gie ( 2005 ) mengatakan , ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah ( all knowledge collected by means of the scientifik mothod ). Sedangkan pengetahuan diartikan secara luas, yang mencakup segenap apa yang kita tahu tentang objek tertentu. Secara garis besar, pengetahuan dapat digolongkan menjadi tiga kategori utama. Pertama, pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk ( etika ). Kedua, pengetahuan tentang apa yang indah dan jelek ( estetika ). Ketiga, pengetahuan apa yang benar dan salah ( logika ).
Sejatinya ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, yang mengarahkan kecerdasan menuju kebahagian dunia dan akhirat, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan teperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendeasarinya, dan mengikuti metode yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Hubungan Etika dan Ilmu Pengetahuan
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, mulia,karena di karunia oleh Allah SWT akal, perasaan dan kehendak.Ilmu pengetahuan adalah buah karya manusia yang memiliki sifat dan makna yang sangat multi dimensi, dalam perkembangannya selalu berintikan nilai tentang kebenaran. Keberadaan ilmu timbul karena adanya penelitian pada objek yang sifatnya empiris / fakta yang dapat dilihat. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Etika keilmuan merupakan etika normatif  yang merupakan prinsip – prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan yaitu agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip – prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk ke dalamperilaku keilmuannya.Persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu pada “ elemen” kaidah moral , yaitu hati nurani kebebasan dan bertanggung jawab nilai dan norma yang bersifat utilitaristik ( kegunaan ). Pengaruh etika dapat di rasakan dalam ilmu pengetahuan dengan adanya rasa cinta, adanya pemikiran yang sistematis, mencegah egois, berpikir bijaksana dan bertanggung jawab.
Pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Hati nurani ini berhubunngan dengan perilaku manusia itu sendiri. Hubungan etika dengan ilmu menurut Jujun S. Suriasumantri (1999; 233-236)  yaitu :

Fase empiris rasional
Menurut Aristoteles ilmu itu tidak mengabdi kepada pihak lain. Ilmu digulati oleh manusia demi ilmu itu sendiri. Sebagai latar belakang dikenal ucapan : Primum vivere, deinde philosophari yang artinya kira – kira : berjuang dulu untuk hidup, baru lah boleh berfilsafat. Menurut faham Yunani bentuk tertinggi dari ilmu adalah kebijakan. Bersama itu terlihat suatu sikap etika. Zaman Yunani etika dan politik berjalan erat. Saat itu ilmu tak dapat mengubah apa- apa, ilmu hanya sekdar apa yang dicapai; ilmu tak dirasakan sebagai suatu tantangan. Tugas suatu generasi terbatas pada pencapaian ilmu untuk diteruskan kegenerasi selanjutnya. Belum ada tuntutan sebelum ilmu diteruskan harus terlebih dahulu dikembangkan. Baru sejak abad ke -17  ilmu giat dikembangkan di Eropa; orang juga mencari apa tujuan dari ilmu. Saat ini lah fase empiris mulai bergeser ke fase eksperimental rasional. Sifat progresif ini menunjukan bahwa ilmu bukan sekedar tujuan bagi dirinya sendiri melainkan suatu sarana untuk mencapai sesuatu.

Faham Pragmatis
Pandangan manusia terhadap tujuan dari ilmu sangat beraneka ragam. Ilmu sebagi sesuatu yang abstrak, melainkan yang kongkret kita hayati. Ilmu yang memunculkan diri berdampingan dengan gejala kerumitan, spesialisasi, rutin kerja, krisis ekonomi, teknik perang modern, aneka gangguan rohani dan dehumanisasi. Hakekat ilmu saat manusia mnyentuh nilai terdalam saat itu terdorong bersikap hormat terhadap ilmu. Sebenarnya nilai dari ilmu terletak pada penerapannya. Ilmu mengadi masyarakat sehingga ia menjadi sarana kemajuan. Boleh saja orang mengatakan ilmu itu mengejar kebenaran dan kebenaran itu merupakan inti etika ilmu, tetapi jangan dilupakan bahwa kebenaran itu ditentukan oleh derajat penerapan praktis dari ilmu. Padangan demikian itu termasuk faham prakmatis tentang kebenaran. Disitu kebenaran merupakan suatu ide yng berlandasaskan efek –efek yang praktis.

Logos dan Ethos
Van Peursen sehubungan dengan ini menunjukan pada sifat ilmu yang tak akan selesai. Ilmu berorientasi dalam ruang yang tak terbatas. Kegiatan berisi dengan ketegangan dan gerak yang penuh dengan keresahan. Tulis Van Peursen : keresahan itu keinginan yang tak dapat dipenuhi atau jarak prinsipil  ke kebenaran.
Martin Heidegger mengatakan bahwa jika kita sebut manusia itu memiliki logos, itu berarti bukan sekedar manusia itu ditabiati oleh akal. Ditunjukan bahwa logos bertali dengan kata kerja legein yang artinya macam – macam, dari berbicara sampai membaca kemudian diluaskan menjadi memperhatikan, menyimak, mengumpulkan makna, menyimpan dalam batin, berhenti untuk menyadari. Dalam arti yang disebut terakhir itu, logos bertemu dengan ethos dan ethos ini dapat berarti  penghentian, rumah, tempat tinggal, endapan sikap. Kemudian arti ethos selanjutnya : sikap hidup yang menyadari sesuatu, sikap yang mengutamakan tutup mulut untuk berusaha mendengar, dengan mengorbankan berbicara lebih. Sehubungan ini Karl Jaspers  menullis bahwa ilmu adalah usaha manusia untuk mendengarkan jawaban – jawaban yanng keluar dari dunia yang dihuninya.

Kebenaran dan Keilmuan
Batas dari ilmu sesungguhnya bukanlah suatu garis. Batasnya justru suatu perspektif baru yang membukakan diri, sebagai petunjuk bahwa manusia siap untuk mendengarkan. Dengan demikian, tak akan ada pertentangan antara antara masalah dan rahasia, antara pengertian dan keajaiban, antara ilmu dan agama. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan  bidang – bidang kehidupan. Pengabdian ilmu secara netral, tak berwarna, dapat melunturkan pengertian kebenaran, sehingga ilmu terpaksa menjadi steril.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konsep dan Komponen Modul Ajar

Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembela...