Pembelajaran mendalam (atau deep learning) adalah cara belajar yang menekankan pemahaman yang bermakna, bukan sekadar menghafal fakta.
Bayangkan sebuah kelas di mana anak-anak tidak hanya duduk mendengarkan guru menjelaskan, tetapi sibuk meneliti air hujan di halaman sekolah, menulis laporan kecil, berdiskusi bagaimana menjaga lingkungan, lalu membuat poster ajakan peduli alam. Mereka bukan sekadar belajar IPA, Bahasa Indonesia, atau PPKn—mereka belajar kehidupan.
Inilah wajah pembelajaran mendalam, pendekatan baru yang kini mulai diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia.
Apa Itu Pembelajaran Mendalam?
Pembelajaran mendalam (atau deep learning) adalah cara belajar yang menekankan pemahaman yang bermakna, bukan sekadar menghafal fakta.
Dalam pendekatan ini, guru mengajak siswa menyelami satu topik secara mendalam, melalui berbagai kegiatan—eksperimen, diskusi, proyek, refleksi, hingga tindakan nyata di lingkungan sekitar.
Kegiatan belajar tidak harus dibatasi oleh satu mata pelajaran saja. Misalnya, topik “Air dan Kehidupan” bisa menggabungkan IPA (daur air), Bahasa Indonesia (menulis laporan), Matematika (mengukur volume air), dan PPKn (menjaga lingkungan). Dengan begitu, anak-anak belajar melihat keterhubungan antarilmu, bukan memisahkannya.
Dasar dan Tujuannya di Indonesia
Kementerian Pendidikan, melalui Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 serta pedoman resmi Pembelajaran Mendalam, mendorong sekolah untuk menerapkan pendekatan ini mulai tahun ajaran 2025/2026.
Dasar pemikirannya sederhana: pendidikan seharusnya membantu siswa memahami dunia dan dirinya secara utuh, bukan hanya lulus ujian.
Tujuannya pun selaras dengan Profil Pelajar Pancasila: menumbuhkan iman dan takwa, kemandirian, gotong royong, kreativitas, nalar kritis, dan kepedulian terhadap sesama. Semua ini tumbuh melalui proses belajar yang memberi ruang untuk berpikir, berbuat, dan merasakan.
Bagaimana Penerapannya di Sekolah Dasar?
Untuk siswa SD, pembelajaran mendalam dilakukan melalui tema yang dekat dengan kehidupan mereka, seperti:
- Menjaga Lingkungan Sekitar Sekolah
- Pangan dari Bumi Kita
- Teknologi di Sekitar Kita
- Bersatu dalam Keberagaman
Guru bisa merancang kegiatan yang berjalan beberapa minggu. Misalnya, saat membahas tema “Menjaga Lingkungan Sekitar Sekolah”, anak-anak diajak mengamati kebersihan halaman, membuat laporan, menulis teks ajakan, hingga merancang kampanye kebersihan sederhana.
Penilaiannya pun tidak hanya berupa angka, tetapi juga catatan sikap, refleksi diri, keterampilan, dan produk nyata—poster, laporan, atau proyek.
Peran Guru: Fasilitator Makna
Dalam pembelajaran mendalam, guru bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan.
Guru menjadi fasilitator yang membimbing proses pencarian makna—membantu siswa bertanya, menemukan, mencoba, dan merefleksikan hasilnya. Inilah yang menjadikan belajar terasa hidup dan menyenangkan.
Penutup
Pembelajaran mendalam mengajak sekolah untuk berhenti berlari mengejar banyak materi, dan mulai melangkah perlahan untuk memahami satu hal dengan sungguh-sungguh.
Karena pada akhirnya, pendidikan yang sejati bukan tentang seberapa banyak hal yang diingat, melainkan seberapa dalam anak-anak memahami, peduli, dan mampu menerapkannya dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar