Kamis, 21 April 2016

MORFOLOGI

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani  morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan.



LATAR BELAKANG
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang pengertian morfologi dan morfofonemik ini dalam makalah ini.
Terdapat beberapa aspek yang akan dibahas dalam materi ini, aspek tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan seperti: 1) Apa pengertian morfologi?; 2) Apa pengertian Morfem, morf dan almorf ?; 3) Apa saja jenis dasar morfem?; 4) Apa saja klasifikasi morfem.

PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani  morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi dalam arti luas, menurut Zainal Arifin (Morfologi adalah ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata (struktur kata). Selain itu menurut Menurut Crystal (1980: 232-233) morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Berbeda dengan Crystal, Bauer (1983: 33) dalam Abdul Muis menjelaskan morfologi membahas struktur internal bentuk kata. Morfologi dijelaskan oleh para ahli sebagai cabang ilmu yang menelaah struktur dan unsur kata, Rusmaji (1993: 2) dalam Abdul Muis menambahkan morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan prosesnya. Sedangkan menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90) dalam Abdul Muis morfologi adalah komponen kata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah  ilmu dari cabang tata bahasa yang mempelajari kata, bagian-bagian dan prosesnya. 

PENGERTIAN MORFEM
Morfem (bahasa Inggris: Morpheme) adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Morfem tidak bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi. Dalam tata bahasa Inggris, Morfem berfungsi untuk membedakan kata jamak (plural), kata masa lampau (past tense), dan sebagainya.
Morfem merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi. Menurut Abdul Chaer mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan Zaenal Arifin mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan satuan gramatik  paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya). Bloch dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk  baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.

ORFEM DASAR DAN TIGA JENISNYA
Morfem yang dileburi morfem yang lain kita sebut “morfem dasar” dan yang dileburkan itu berupa “imbuhan” atau klitika” atau bentuk dasar yang lain (dalam pemajemukan) atau yang sama (dalam reduplikasi). Morfem dasar ada tiga macam: pangkal, akar, dan pradasar. Dasar dan akar dibedakan secara umum dalam linguistik.
Morfem pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya: do dalam undo, dan hak dalam berhak. Morfem akar adalah morfem dasar yang berbentuk terikat. Agar menjadi bentuk bebas, akan harus mengalami pengimbuhan. Misalnya infinitif verbal latin amare “mencintai” memiliki akar am- dan akar am- itu selamanya membutuhkan imbuhan (misalnya imbuhan “infinitif aktif” –are dalam kata amare) untuk menjadi bentuk bebas artinya am- plus klitika tidak akan menghasilkan bentuk bebas dan pemajemukan dengan am- juga tidak mungkin.
Akhirnya bentuk pradasar adalah bentuk yang membutuhkan pengimbuhan atau pengklitikaan atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas. Misalnya morfem ajar berupa peradasar. Morfem tersebut dapat menjadi bebas melalui pengimbuhan (misalnya dalam mengajar, belajar dan lain sebagainya) dapat juga melalui pengklitikaan (misalnya dalam kami ajar, saya ajar dan lain serupa) dan dapat juga dengan pemajemukan (misalnya dalam kurang ajar).

MORFEM, MORF, ALMORF
Seperti halnya dengan bunyi fonetis semata-mata, yang dilambangkan dengan mengampitnya diantara kurung persegi, dan dengan fonem-fonem yang diapit diantara garis kanan, maka morfem-morfem lazim dilambangkan dengan mengapitnya diantara kurung kurawal. Misalnya kata Inggris comfort dilambangkan sebagai comfort, comfortable, sebagai comfort+ able, uncomfortable sebagai comfort + able dulu, baru un + comfortable, atau dalam satu rumus (un) (comfort) (able) namun rumus ganda seperti itu hanya mungkin bila semua morfem adalah morfem segmental.
Dalam analisis struktur-struktur morfemis apa yang diapit diantara kurung kurawal itu disebut (lambang) morfem. Kesulitannya (yang deskriptif) dengan pelambangan seperti itu adalah bahwa tidak semua morfem berupa segmental. Namun kita dapat saja memperlakukan kata jamak Inggris feet sebagai (foot) + katakan (jamak). Pelambangan seperti (jamak) itu sudah menunjukkan bahwa morfem itu merupakan suatu satuan yang abstrak dapat berupa segmental (utuh atau terbagi) dapat berupa nol, dapat juga berupa nada tertentu.
Berbeda dengan morfem itu, alomorf-alomorftnya adalah jauh lebih konkret, meskipun tetap tidak mutlak perlu berupa segmental. Akan tetapi demi perian yang mudah kita sering membutuhkan suatu bentuk yang kelihatannya cukup konkret bentuk yang demikian disebut “morf”.
Misalnya untuk penjamakan nomina dalam bahasa inggris, kita dapat memilih morf {-s}. Huruf s dalam hal ini tidak hanya dapat mewakili alofon-alofon -/s/ dan-/z/, tetapi juga -/n/ dari jamaak oxen, atau perubahan vocal plus -/ren/ dalam children. Bila sebagai lambing morf yang “umum itu kita memilih {-s} saja, hal itu agak mudah, dan bentuk jamak children dapat dilambangkan sebagai {child}+{s}- meskipun tidak ada bunyi sibilant sama sekali dalam morfem penjamak untuk children.
Demikan pula, kita dapat memakai morf {men-} saja untuk segala macam “pranalisasi” untuk membentukkan verba dalam bahasa Indonesia-eskipun realisasi alofonemisnya agak berbeda :{mæn-, mæ-, dan mæŋ- dan lain-lainnya.

KLASIFIKASI MORFEM
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat di klasifikasikan berdasarkn beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan sebagainya. Berikut ini akan di jelaskan secara singkat.

Morfem bebas dan morfem terikat
Biasanya, pertama-tama orang membedakan adanya morfem bebas dan morfem terikat. Yang di maksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem yang lain dapat muncul dalam peraturan. Dalam bahasa Indonesia misalnya bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas, kita dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkan dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul peraturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris, seperti yang kita bicarakan diatas, termasuk morfem terikat.Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Yaitu:Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, hentil, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti afiksasi, reduflikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakate global (lihat verhaar 1978).
Kedua, sehubungan dengan istilah prakategorial diatas, menurut konsep verhaar 1978 bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk praktegorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan “pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi. Memang mungkin disini akan timbul pertanyaan, bukankan tanpa imbuhan apa-apa bentuk tersebut dapat muncul dalam kalimat imferatif? Misalnya:
·         Tulis nanamu disini !
·         Baca keras-keras !
·         Tendang kuat-kuat !
Menurut verhaar kalimat imferatif adalah kalimat ubahan dari kalimat deklaratif. Dalam kalimat deklaratif aktif  harus digunkan ferfiks inflektif me-, dalam kalimat deklaratif pasif harus digunakan ferfiks inflektif di- atau ter-; sedangkan dalam kalimat imferatif, juga dalam kalimat partisif, harus digunakan perfiks inflektif.Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang).

Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan. Termasuk morfem utuh seperti meja, kursi, kecil, laut, dan pensil. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat seperti ter-, ber-, henti dan juang.
Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu satu dan satu morfem terbagi yakni ke-, -an; kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu buat dan satu morfem terbagi yaitu per-, -an. Kata Belanda gebergte ‘kepegunungan’ terdiri øødari satu morfem utuh yaitu berg dan satu morfem terbagi, yakni ge-/-te. Dalam bahasa Arab dan juga bahasa Ibrani semua morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi yang terdiri atas tiga buah krosonan yang dipisahkan oleh tiga buah vokal, yang merupakan morfem terikat yang terbagi pula. Misalnya morfem akar terbagi (k-t-b) ‘tulis’  merupakan dasar untuk kata-kata:
·         Kataba                ia (laki-laki) menulis
·         Katabat               ia (perempuan) menulis
·         Katabta               engkau (laki-laki) menulis
·         Katabti                 engkau (perempuan) menulis
·         Katabtu               saya menulis
·         Maktabun           kantor, toko buku, perpustakaan

Morfem Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem lihat, lah, sikat, dan ber. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. 

Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.

Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol. Yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa ‘kekosongan’ perhatikan data berikut!
Bentuk Tunggal                             Bentuk Jamak
I have a book                                    I have two books
I have a sheep                                  I have two sheep
Kala Kini                                            Kala Lampau
They call me                                     they called me
They hit me                                       they hit me
Kita lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem (book) dan morfem (s)  maka dapat dipastikan bentuk jamak untuk sheep adalah morfem (sheep) dan morfem (ø).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konsep dan Komponen Modul Ajar

Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembela...