Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan
logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang
terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan.
LATAR
BELAKANG
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah sistem,
bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa
pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh
penutur suatu bahasa memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam
memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Materi
pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia
yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap
berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Salah
satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata
bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan
kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan
kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu
dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata
yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak
menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai
pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila
terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa
yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Salah
satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang
memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses
morfofonemik atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif,
pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan
variasi-variasi yang kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul
pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah
morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli
bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik
bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang pengertian
morfologi dan morfofonemik ini dalam makalah ini.
Terdapat
beberapa aspek yang akan dibahas dalam materi ini, aspek tersebut merupakan
jawaban dari pertanyaan seperti: 1) Apa pengertian morfologi?; 2) Apa
pengertian Morfem, morf dan almorf ?; 3) Apa saja jenis dasar morfem?; 4) Apa saja
klasifikasi morfem.
PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan
logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang
terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu,
kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi
dalam arti luas, menurut Zainal Arifin (Morfologi adalah ilmu bahasa tentang
seluk-beluk bentuk kata (struktur kata). Selain itu menurut Menurut Crystal
(1980: 232-233) morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau
bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Berbeda dengan Crystal, Bauer
(1983: 33) dalam Abdul Muis menjelaskan morfologi membahas struktur internal
bentuk kata. Morfologi dijelaskan oleh para ahli sebagai cabang ilmu yang
menelaah struktur dan unsur kata, Rusmaji (1993: 2) dalam Abdul Muis
menambahkan morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan prosesnya. Sedangkan
menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90) dalam Abdul Muis morfologi adalah
komponen kata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang
struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Jadi dapat disimpulkan bahwa
morfologi adalah ilmu dari cabang tata
bahasa yang mempelajari kata, bagian-bagian dan prosesnya.
PENGERTIAN MORFEM
Morfem
(bahasa Inggris: Morpheme) adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Morfem tidak bisa dibagi kedalam bentuk bahasa yang lebih kecil lagi.
Dalam tata bahasa Inggris, Morfem berfungsi untuk membedakan kata jamak
(plural), kata masa lampau (past tense), dan sebagainya.
Morfem
merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi.
Menurut Abdul Chaer mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan Zaenal Arifin mengatakan bahwa morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal serupa juga
dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan satuan gramatik paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain
selain unsurnya). Bloch dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan
bahwa morfem yaitu semua bentuk baik
bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang
mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.
ORFEM DASAR DAN TIGA JENISNYA
Morfem
yang dileburi morfem yang lain kita sebut “morfem dasar” dan yang dileburkan
itu berupa “imbuhan” atau klitika” atau bentuk dasar yang lain (dalam
pemajemukan) atau yang sama (dalam reduplikasi). Morfem dasar ada tiga macam:
pangkal, akar, dan pradasar. Dasar dan akar dibedakan secara umum dalam
linguistik.
Morfem
pangkal adalah morfem dasar yang bebas, contohnya: do dalam undo, dan hak dalam
berhak. Morfem akar adalah morfem dasar yang berbentuk terikat. Agar menjadi
bentuk bebas, akan harus mengalami pengimbuhan. Misalnya infinitif verbal latin
amare “mencintai” memiliki akar am- dan akar am- itu selamanya membutuhkan
imbuhan (misalnya imbuhan “infinitif aktif” –are dalam kata amare) untuk
menjadi bentuk bebas artinya am- plus klitika tidak akan menghasilkan bentuk
bebas dan pemajemukan dengan am- juga tidak mungkin.
Akhirnya
bentuk pradasar adalah bentuk yang membutuhkan pengimbuhan atau pengklitikaan
atau pemajemukan untuk menjadi bentuk bebas. Misalnya morfem ajar berupa
peradasar. Morfem tersebut dapat menjadi bebas melalui pengimbuhan (misalnya
dalam mengajar, belajar dan lain sebagainya) dapat juga melalui pengklitikaan
(misalnya dalam kami ajar, saya ajar dan lain serupa) dan dapat juga dengan
pemajemukan (misalnya dalam kurang ajar).
MORFEM, MORF, ALMORF
Seperti
halnya dengan bunyi fonetis semata-mata, yang dilambangkan dengan mengampitnya
diantara kurung persegi, dan dengan fonem-fonem yang diapit diantara garis
kanan, maka morfem-morfem lazim dilambangkan dengan mengapitnya diantara kurung
kurawal. Misalnya kata Inggris comfort dilambangkan sebagai comfort, comfortable,
sebagai comfort+ able, uncomfortable sebagai comfort + able dulu, baru un +
comfortable, atau dalam satu rumus (un) (comfort) (able) namun rumus ganda
seperti itu hanya mungkin bila semua morfem adalah morfem segmental.
Dalam
analisis struktur-struktur morfemis apa yang diapit diantara kurung kurawal itu
disebut (lambang) morfem. Kesulitannya (yang deskriptif) dengan pelambangan
seperti itu adalah bahwa tidak semua morfem berupa segmental. Namun kita dapat
saja memperlakukan kata jamak Inggris feet sebagai (foot) + katakan (jamak).
Pelambangan seperti (jamak) itu sudah menunjukkan bahwa morfem itu merupakan
suatu satuan yang abstrak dapat berupa segmental (utuh atau terbagi) dapat
berupa nol, dapat juga berupa nada tertentu.
Berbeda
dengan morfem itu, alomorf-alomorftnya adalah jauh lebih konkret, meskipun
tetap tidak mutlak perlu berupa segmental. Akan tetapi demi perian yang mudah
kita sering membutuhkan suatu bentuk yang kelihatannya cukup konkret bentuk
yang demikian disebut “morf”.
Misalnya
untuk penjamakan nomina dalam bahasa inggris, kita dapat memilih morf {-s}.
Huruf s dalam hal ini tidak hanya dapat mewakili alofon-alofon -/s/ dan-/z/,
tetapi juga -/n/ dari jamaak oxen, atau perubahan vocal plus -/ren/ dalam
children. Bila sebagai lambing morf yang “umum itu kita memilih {-s} saja, hal
itu agak mudah, dan bentuk jamak children dapat dilambangkan sebagai
{child}+{s}- meskipun tidak ada bunyi sibilant sama sekali dalam morfem
penjamak untuk children.
Demikan
pula, kita dapat memakai morf {men-} saja untuk segala macam “pranalisasi”
untuk membentukkan verba dalam bahasa Indonesia-eskipun realisasi alofonemisnya
agak berbeda :{mæn-, mæ-, dan mæŋ- dan lain-lainnya.
KLASIFIKASI MORFEM
Morfem-morfem
dalam setiap bahasa dapat di klasifikasikan berdasarkn beberapa kriteria.
Antara lain berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan sebagainya.
Berikut ini akan di jelaskan secara singkat.
Morfem
bebas dan morfem terikat
Biasanya,
pertama-tama orang membedakan adanya morfem bebas dan morfem terikat. Yang di
maksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem yang lain
dapat muncul dalam peraturan. Dalam bahasa Indonesia misalnya bentuk pulang,
makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas, kita dapat menggunakan
morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkan dengan morfem
lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa
digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul peraturan. Semua afiks
dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda
jamak dalam bahasa Inggris, seperti yang kita bicarakan diatas, termasuk morfem
terikat.Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan. Yaitu:Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, hentil,
gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut,
meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu
mengalami proses morfologi, seperti afiksasi, reduflikasi, dan komposisi.
Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakate global (lihat verhaar
1978).
Kedua,
sehubungan dengan istilah prakategorial diatas, menurut konsep verhaar 1978
bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk
praktegorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan “pangkal” kata,
sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Memang mungkin disini akan timbul pertanyaan, bukankan tanpa imbuhan apa-apa
bentuk tersebut dapat muncul dalam kalimat imferatif? Misalnya:
·
Tulis nanamu disini !
·
Baca keras-keras !
·
Tendang kuat-kuat !
Menurut
verhaar kalimat imferatif adalah kalimat ubahan dari kalimat deklaratif. Dalam
kalimat deklaratif aktif harus digunkan
ferfiks inflektif me-, dalam kalimat deklaratif pasif harus digunakan ferfiks
inflektif di- atau ter-; sedangkan dalam kalimat imferatif, juga dalam kalimat
partisif, harus digunakan perfiks inflektif.Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta
(yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering
kerontang).
Morfem
Utuh dan Morfem Terbagi
Pembedaan
morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem
tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian
yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar
bebas yang dibicarakan. Termasuk morfem utuh seperti meja, kursi, kecil, laut,
dan pensil. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat seperti ter-, ber-,
henti dan juang.
Sedangkan
morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang
terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh,
yaitu satu dan satu morfem terbagi yakni ke-, -an; kata perbuatan terdiri dari
satu morfem utuh, yaitu buat dan satu morfem terbagi yaitu per-, -an. Kata
Belanda gebergte ‘kepegunungan’ terdiri øødari satu morfem utuh yaitu berg dan
satu morfem terbagi, yakni ge-/-te. Dalam bahasa Arab dan juga bahasa Ibrani
semua morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi yang terdiri atas tiga buah
krosonan yang dipisahkan oleh tiga buah vokal, yang merupakan morfem terikat
yang terbagi pula. Misalnya morfem akar terbagi (k-t-b) ‘tulis’ merupakan dasar untuk kata-kata:
·
Kataba ia
(laki-laki) menulis
·
Katabat ia
(perempuan) menulis
·
Katabta engkau
(laki-laki) menulis
·
Katabti engkau
(perempuan) menulis
·
Katabtu saya
menulis
·
Maktabun kantor,
toko buku, perpustakaan
Morfem
Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan
morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya.
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental,
seperti morfem lihat, lah, sikat, dan ber. Jadi, semua morfem yang berwujud
bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem
yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi,
dan sebagainya.
Morfem
Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem
yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem
yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem gramatika.
Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.Morfem yang tak bermakna leksikal
dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem
tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti
‘memakai sepatu’.
Morfem
Beralomorf Zero
Dalam
linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol.
Yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa ‘kekosongan’ perhatikan
data berikut!
Bentuk
Tunggal Bentuk
Jamak
I have a book I have two
books
I have a sheep I have two
sheep
Kala Kini Kala
Lampau
They call me they called
me
They hit me they hit
me
Kita
lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books;
bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga.
Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem
(book) dan morfem (s) maka dapat
dipastikan bentuk jamak untuk sheep adalah morfem (sheep) dan morfem (ø).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar