ELEXTROMEDIA - Hukuman merupakan sebuah cara untuk mengarahkan sebuah prilaku agar sesuai dengan tingkah laku yang baik dan benar. Untuk membentuk prilaku yang baik dan benar tentu saja cara yang digunakan harus yang baik dan benar pula. Disini kita akan membahas bagaimana memberi hukuman yang baik dan benar:
Dalam mengajar kalian para guru pasti mengalami kelas Ramai, gaduh, berisik, semua siswanya amburadul tidak karuan. Hampir semua guru pasti merasa emosi jika ketika diberi materi anak-anak bermain sendiri tanpa menghiraukan guru yang sedang mengajar. Kalian pasti ingin sekali dan benar-benar mendambakan kelas yang tenang diajar tidak ramai sendiri namun berprestasi. Hal tersebut memang mustahil jika dalam satu kelas muridnya saja diatas 20 siswa. Banyak sekali guru yang meluapkan emosinya untuk menenangkan kelasnya dengan memukul papan tulis, sapu, penggaris, dan meja sampai rusak, bahkan tak jarang memukul anak-anak yang bandel, tapi apakah itu berbuatan yang diperbolehkan oleh guru? Tentu saja tidak, karena itu akan membuat anak merasa ketakutan dan tidak nyaman dalam belajar kecuali anak itu benar2 bandel. Dimanapun dan kapanpun sebenarnya yang namanya kekerasan fisik memang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu kita akan menerangkan bagaimana membuat suasana kelas menjadi terkendali tanpa merusak peralatan sekolah dan kekerasan fisik.
Mohammad Isnaeni menyatakan dalam website Berbagi Informasi menyebutkan bahwa dalam memberikan hukuman kita harus memberikan hukuman secara benar. Berikut ini diberikan beberapa tips dalam memberikan hukuman kepada siswa :
- Jangan menghukum karena emosi, Apapun pelanggaran yang dilakukan siswa, prinsip menghukumnya jangan didasari emosi, balas dendam, apalagi perasaan benci.
- Analisis jenis kesalahan atau pelanggaran siswa, Apabila siswa melakukan kesalahan atau pelanggaran, hendaknya guru melakukan analisis akar permasalahan yang menyebabkan hal tersebut.
- Jangan menghukum tanpa nilai edukasi, Memberikan penyadaran untuk berperilaku baik kepada siswa memang tidak mudah, sehingga terkadang guru harus memberikan hukuman untuk memperbaiki perilaku siswa.
Dengan memperhatikan tips-tips diatas temtulah kita akan tahu contoh hukuman yang tidak bole kita lakukan kepada siswa yaitu:
- Memukul anak baik itu jenggung, jewer, nampar, nonjok, polesh, dll.
- Tidak boleh mengenakan hukuman fisik yang tidak sesuai dengan kondisi anak, misal (berlali keliling lingkaran 10 kali, Push Up 100 kali, dll.
- Meminta murid lain untuk menghukumk secara fisik, misal satu kelas menjewer siswa yang melanggar.
- Tidak boleh menjemur anak ditengah lapangan atau anak di depan kelas sambil diangkat kaki dan tangannya(hukuman ini hanya membuang-buang waktu)
Hukuman diatas memang jika disesuaikan dengan tips menghukum yang baik tidak akan sesuai. Kira-kira hukuman yang sesuai untuk memberikan rasa jera dan mendidik anak hukuman seperti apa? Nah, dibawah ini kita akan memberikan beberapa contoh punishment yang menurut saya baik dan mendidik, misalnya:
- Memberikan materi tambahan dan mencatat lebih banyak jika dalam satu kelas ada anak yang berisik.
- Siswa yang bertingkah dan melanggar diberikan pekerjaan rumah (PR) lebih banyak dari temannya.
- Memberikan Uji kompetensi tambahan bagi siswa yang bermain saat diterangkan.
- Menggunakan papan bintang dengan hukuman bagi anak yang mendapatkan 5 bintang merah (kelakuan buruk) dan hadih bagi anak yang mendapatkan 10 bintang biru (kelakuan baik).
- Hukuman berupa surat teguran untuk orang tuanya memang sangat efektiv agar kita bisa bekerja sama dengan wali murid.
- Menulis kalimat "Saya tidak akan mengulangi erbuatan yang buruk lagi" sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa yang melanggar aturan.
- Pulang akhir untuk membersihkan toilet, atau ruang kelas.
- Selalu diberi pertanyaan pada saat penerangan materi.
- Menegur dan memberi penjelasan tentang buruknya prilaku menyimpang tersebut.
- Dan masih banyak lagi.
Sumber:
http://rizki-nisa.blogspot.com/2013/12/tips-memberikan-hukuman-pada-siswa_19.html?showComment=1428059612650#c4487942372912917667
sy dan teman2 sy habis dijewer karena tdk menyisahkan 1 lembar dalam mencatat
BalasHapusbandingkan saja kualitas mental, jiwa dan prilaku hasil pendidikan pola lama dan pola sekarang sebagai tolok ukur perumusan masalah.
BalasHapus