Aliran atau Madzam dalam filsafat meliputi rasionalisme, idealisme, positivisme, empirisme, pragmatisme, dan eksistensialisme. Madzhab ini merupakan landasan dalam mempelajari filsafat secara umum. keenam madzhab tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Chapter 01
ILMU DAN FILSAFAT: STRUKTUR ILMU
By:
Fitria Rosmi, S.Pd dan Deddy Mulyono. S.Pd
Aliran atau Madzhab dalam Filsafat
Rasionalisme
Rasinalisme berpendirian bahwa sumber
pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak dalam ide dan bukan dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran ( dan ipsco facto, pengetahuan) bermakna sebagai mempunyai ide yang
sesuai atau menunjukan kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di
dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Descartes,
bapak Rasionalisme kontinental berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak
dapat diragukan yang darinya dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan
semua pengetahuan kita. Ia yakin bahwa kebenaran semacam itu ada bahwa
kebenaran-kebenaran tersebut dikenal dengan cahaya yang terang dari akal budi
sebagai hal-hal yang tidak dapat diragukan.
Rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono,
1980). Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang
mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan
kepada hal-hal yang bersifat khusus. Tokoh-tokoh filsafat dari mazhab
rasionalisme diantaranya adalah Rene Descartes, Blaise Pascal, Baruch Spinoza.
Tokoh rasionalisme yang sangat berpengaruh adalah Rene Descartes yang disebut
juga bapak filsafat modern. Salah satu pernyataan paling populer dari Descartes
adalah cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.
Empirisme
Mazhab ini muncul sezaman dengan
rasionalisme yaitu pada abad 17. Empirisme berpendapat bahwa empiri atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengetahuan lahiriah maupun
batiniah. Seorang penganut empirisme biasanya berpendirian bahwa kita dapat
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan peranta
indera, kata seorang penganut empirisme, Jhon Locke bapak Empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku
catatan yang kosong (tabula rasa)) dan dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalam inderawi. Menurut locke, seluruh sisa pengetahuan kita
diperoleh dari penginderaan dan refleksi yang pertama-tama dan sederhana
tersebut.
Metode yang dipercayai adalah
induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran
yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Beberapa tokoh dari aliran ini diantaranya adalah Thomas Hobbes, John Locke dan
David Hume. Thomas Hobbes misalnya berpendapat bahwa pengalaman adalah awal
dari semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian. Filsafat
harus diarahkan kepada fakta-fakta yang diamati, dengan maksud untuk mencari
sebab-sebab terjadinya sebuah realitas.
Idealisme
Kata “Idealisme” di sini dimaksudkan
untuk menerapkan pemikiran Plato. Kata idealisme pertama kali digunakan secara
filosofis oleh Leibniz, seorang filosof Jerman pada pertengahan abad 17.
Idealisme berpendat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis, dan
materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
Idealisme di Jerman memuncak pada
pemikiran George Wilhelm Friedrech Hegel (1770-1831). Menurut Hegel, yang
mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, agar dapat sadar akan
dirinya sendiri. Filsafat Hegel menggunakan metode dialektik, yaitu suatu
metode yang mengusahakan kompromi dari keadaan yang berlawanan. Bentuknya
adalah tesa, antitesa dan sintesa.
Positivisme
Positivisme berpendapat bahwa
pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang
positif. Sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Positivisme dan
empirisme memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengutamakan pengalaman.
Perbedaannya positivisme membatasi diri pada pengalaman-pengalaman objektif,
sedangkan empirisme masih menerima pengalaman yang subjektif. Beberapa tokoh
dari aliran ini antara lain August Comte, John Stuart Mill dan Herbert Spencer.
August Comte menyatakan bahwa perkembangan pemikiran manusia, baik sebagai
pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman, yaitu: zaman
teologis, zaman metafisis dan zaman positif.
Pragmatisme
Mazhab ini mengajarkan bahwa yang
benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan membawa akibat
yang bermanfaat secara praktis. Pedoman pragmatisme adalah logika pengamatan.
Pragmatisme bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang
praktis. Beberapa pemikir dari aliran ini adalah William James dan John Dewey.
John Dewey misalnya, menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan
garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu
filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tidak
ada faedahnya.
Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah filsafat yang
memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi adalah
cara manusia berada dalam dunia. Cara berada manusia dalam dunia berbeda dengan
cara berada benda-benda. Benda-benda berada dengan tidak sadar tanpa hubungan.
Sedangkan manusia berada di dunia justru berhubungan dengan sesama manusia dan
berhubungan dengan benda-benda. Beberapa pemikir dari aliran ini adalah Martin
Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Tetapi pada
umumnya sumber utama dari filsafat eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard.
Menurut Sartre misalnya, ada atau yang ada itu dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu ada yang hidup dan berada bagi dirinya sendiri (etre pour-soi) dan kedua, sebagai ada
yang identik dengan dirinya, tidak aktif, tidak pasif, tidak afirmatif, dan
tidak negatif (etre en-soi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar