Keterampilan
menyimak adalah salah satu dari empat kemampuan yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh setiap manusia. Ketrampilan ini diberikan oleh Allah sebagai
kemampuan alamiah seseorang yang normal dan kemudian berkembang sesuai dengan
pertumbuhan fisiknya.
KETERAMPILAN
MENYIMAK
BAHASA
INDONESIA PENDIDIKAN DASAR
Disusun Oleh:
1. Ayu Chaprilya Mita, S.Pd. (7526150282)
2. Faisal Azmi Bakhtiar, S.Pd. (7526150403)
3. Liring Kusuma Astuti, S.Pd. (7526150272)
4. Fajar Isnaeni, S.Pd (7526150267)
Keterampilan
menyimak adalah salah satu dari empat kemampuan yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh setiap manusia. Ketrampilan ini diberikan oleh Allah sebagai
kemampuan alamiah seseorang yang normal dan kemudian berkembang sesuai dengan
pertumbuhan fisiknya. Dengan adanya kemampuan ini seorang manusia dapat
mengetahui dan memahami informasi baik itu berupa percakapan, opini, fakta,
atau pengetahuan yang disampaikan melalui orang, media, atau tulisan. Peranan
keterampilan menyimak dalam upaya seseorang memperoleh pengetahuan sangatlah
besar. Hampir sebagian besar ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusa adalah
menggunakan keterampilan menyimak ini, maka dari itu melatih keterampilan
menyimak semenjak dini akan memberikan dampak yang positif dimasa yang akan
datang.
Dalam
proses pembelajaran khususnya di sekolah dasar, siswa harus dilatih dengan
berbagai macam kegiatan yang ada hubungannya dengan keterampilan baik itu
menyimak, menulis, berbicara, dan membaca. Keterampilan tersebut khususnya keterampilan
menyimak adalah modal dasar bagi siswa untuk mengembangkan sikap dan
pengetahuan untuk meningkatkan prestasi dan kompetensi yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki kemampuan keterampilan yang bagus dengan kondisi fisik
yang optimal hanya bisa menyerap pengetahuan 50% dari hasil menyimak. Guru
dalam hal ini harus mampu mengembangkan keterampilan tersebut dengan memberikan
berbagai tugas dan latihan sesuai dengan perkembangannya. Modal awal bagi guru
dalam membelajarkan menyimak di sekolah dasar adalah dengan memahami pengetahuan
tentang keterampilan menyimak itu sendiri.
Dari
permasalahan diatas diketahui bahwa keterampilan menyimak memiliki peran yang
sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuannya. Namun semua itu
tergantung pada pembelajaran yang diperoleh dikelas apakah mengembangkan ke-4
keterampilan tersebut atau tidak. Untuk memahami keterampilan menyimak agar
dapat membelajarkannya pada siswa sekolah dasar maka dapat dirumuskan sebagai
berikut: 1) Seperti apakah definisi,
tujuan, dan jenis dari keterampilan menyimak?; 2) Bagaimanakah hubungan menyimak dengan
keterampilan yang lain?; 3) Bagaimanakah
cara membelajarkan keterampilan menyimak?.
Tujuan
yang dimaksud dalam penulisan
ini adalah jawaban yang terkandung dalam rumusan masalah, yaitu: a) untuk mengetahui
definisi, tujuan, dan jenis-jenis dari keterampilan menyimak; b) mengetahui
hubungan menyimak dengan keterampilan yang lain; dan c) dan mengetahui
bagaimana membelajarkan keterampilan menyimak khususnya siswa sekolah dasar.
PENGERTIAN
MENYIMAK
Menurut Tarigan (1985: 19), menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.[1]
Menyimak berdasarkan pendapat tersebut merupakan suatu proses yang melibatkan
indera pendengaran, dilakukan dengan penuh konsentrasi, dengan tujuan
memperoleh, menangkap dan memahami maksud komunikasi lisan yang dilakukan oleh
pembicara.
Anderson
(1972:68) dalam Tarigan menyatakan menyimak sebagai proses besar mendengarkan,
mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.[2]
Menyimak menurut Anderson dinyatakan tidak hanya sebagai proses untuk mendengar
dan mengetahui isi dari suatu pembicaraan, melainkan juga perlu untuk memahami
atau melakukan interpretasi yang mendalam agar dapat merespon isi pembicaraan
tersebut dengan tepat.
Hal
ini senada dengan pendapat Haryadi dan Zamzani, yang mengatakan bahwa menyimak adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya dan untuk memahami isi yang
disampaikan bunyi tersebut.[3]
Menyimak berfokus pada pemahaman terhadap bunyi bahasa yang disampaikan
pembicara kepada penyimak. Bunyi bahasa tersebut selain perlu didengarkan, juga
perlu dikenali sasarannya agar dapat dipahami dengan tepat maksud, tujuan, dan
konteksnya.
Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi
nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta
interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang
diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan
bunyi tersebut.
TUJUAN
MENYIMAK
Menurut
Ice Sutari, dkk., terdapat lima tujuan
dalam menyimak yaitu sebagai berikut:[4] 1) Mendapatkan Fakta, Kegiatan menyimak dengan
tujuan memperoleh fakta di antaranya melalui kegiatan membaca, baik melalui
majalah, koran, maupun buku-buku. Selain itu, mendapatkan fakta melalui radio,
televisi, pertemuan, menyimak ceramah-ceramah, dan sebagainya; 2) Menganalisis Fakta, maksud dari menganalisis
fakta yaitu proses menaksir kata-kata atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya,
menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu; 3) Mengevaluasi
Fakta, Penyimak yang kritis akan
mempertanyakan hal-hal mengenai nilai fakta-fakta itu, keakuratan fakta-fakta
tersebut, dan kerelevanan fakta-fakta tersebut. Setelah itu, pada akhirnya
penyimak akan memutuskan untuk menerima atau menolak materi simakannya itu.
Selanjutnya penyimak diharapkan dapat memperoleh inspirasi yang dibutuhkannya; 4) Mendapatkan Inspirasi, Inspirasi sering dipakai
alasan oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraaan. Seseorang menyimak
bukan untuk memperoleh fakta saja melainkan untuk memperoleh inspirasi. Kita
mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk tujuan mendapatkan
inspirasi atau ilham; 5) Mendapatkan Hiburan, hiburan
merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar. Kita sering menyimak radio,
televisi, film layar lebar antara lain untuk memperoleh hiburan dan mendapatkan
kesenangan batin. Karena tujuan menyimak di sini untuk menghibur, maka
pembicara harus mampu menciptakan suasana gembira dan tenang. Tujuan ini akan
mudah tercapai apabila pembicara mampu menciptakan humor yang segar dan
orisinil yang mengakibatkan penyimak menunjukkan minat dan kegembiraannya.
Karena itu pembicaraan jenis ini disebut bersifat rekreatif.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menyimak cerita anak
mempunyai tujuan supaya siswa belajar agar memperoleh pengetahuan, mengevaluasi
agar dapat menilai, mengapresiasi materi simakan, dan mendapatkan hiburan
melalui cerita anak. Dengan tujuan tersebut siswa akan memahami unsur-unsur
yang terkandung dalam cerita anak yaitu tokoh dan perwatakan, latar, serta tema
dan amanat cerita anak.
HUBUNGAN
MENYIMAK DAN KETERAMPILAN LAIN
Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung.[5] Menyimak bersifat
reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Contohnya, komunikasi yang
terjadi antar teman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan.
Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan. Namun ada pula dalam
suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu
satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya
Khotbah di masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang
lainnya mendengarkan.
Hubungan Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca
merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis.[6] Penyimak maupun pembaca
malakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa
suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti
diikuti dengan proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide,
atau informasi. Misalnya: seorang guru menerangkan materi dengan powerpoint,
maka siswa akan menyimak dari suara guru dan membaca layar di depan.
Hubungan Menyimak dan Menulis
Keterampilan menyimak bersifat reseptif dan menulis adalah bersifat
produktif. Menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
Menyimak suatu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kreatifitas untuk
menulis pemahaman akan hasil simakan yang diperoleh dan dituangkan dalam suatu
bentuk karya tulis yang baru dan lebih menarik, seperti: puisi, cerpen, prosa, dan lain
sebagainya.
UNSUR-UNSUR
MENYIMAK
Kegiatan
menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada
berbagai unsur yang mendukung.[7]
Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur
dasar menyimak ialah sebagai berikut:
Pertama, Pembicara ialah orang yang
menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan,
pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak). Dalam
aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan. kegiatan menulis dengan
mencatat hal-hal penting selama melakukan kegiatan menyimak. Fungsi catatan
tersebut ialah sebagai berikut: a) Meninjau Kembali Bahan
Simakan (Review), Kegiatan meninjau kembali
bahan simakan merupakan salah satu ciri
penyimak kritis. Pada kegiatan ini, penyimak mencermati kembali bahan simakan
yang telah diterima melalui catatan seperti: topik, tema, dan gagasan lain yang
menunjang pesan yang disampaikan pembicara. Di samping itu penyimak dapat
memprediksi berdasarkan pesan-pesan yang telah disampaikan pembicara; b) Menganalisis Bahan Simakan, Pada
dasarnya menyimak ialah menerima pesan, namun dalam kenyataannya seorang penyimak tidak hanya menerima
pesan begitu saja, ia juga berusaha untuk menganalisis pesan yang telah
diterimanya itu. Kegiatan analisis ini dilakukan untuk membedakan ide pokok,
ide bawahan, dan ide penunjang; c) Mengevaluasi
Bahan Simakan, Pada
tahap akhir kegiatan menyimak ialah mengevaluasi hasil simakan. Langkah ini
dapat dilakukan dengan cara: (1) Kekuatan
Bukti, untuk membenarkan pernyataan pembicara, penyimak harus mengevaluasi
buktibukti yang dikatakan pembicara. Jika bukti-bukti itu cukup kuat, apa yang
dikatakan pembicara itu benar; (2) Validitas Alasan, jika pernyataan pembicara
diikuti. dengan alasan-alasan yang kuat, terpercaya, dan logis, dapat dikatakan
bahwa alasan itu validitasnya tinggi; (3) Kebenaran Tujuan, penyimak harus
mampu menemukan tujuan pembicara. Di samping itu, ia juga harus mampu
membedakan penjelasan dengan keterangan inti, sikap subjektif dengan sikap
objektif. Setelah itu ia akan mampu mencari tujuan pembicaraan (berupa pesan).
Kedua, Penyimak yang baik ialah
penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika
penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah
penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak
seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan
lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya.
Kamidjan
rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap,
yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.[8]
Sikap objektif yang dimaksudkan ialah pandangan penyimak terhadap bahan
simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula
sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar
kegiatan manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan
prasarana. Adapun sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama
dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan
atau bertentangan dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak.
Jika hal itu yang terjadi, maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari
pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkoperatif dengan pembicara.
Ketiga, Bahan simakan merupakan unsur
terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan
dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak.
Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara
tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat
diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
Untuk
menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut:[9] a) Menyimak
Tujuan Pembicara, langkah
pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan
pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan
pesan pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan.
Tujuan yang akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan
inspirasi, menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan;
b) Menyimak Urutan Pembicaraan, seorang penyimak harus
berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan
penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat,
penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang
urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu
pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang
akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang
dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil
pembahasan; c) Menyimak Topik Utama, Pembicaraan topik utama
ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis saat pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang
akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan
pembicara, is tidak akan kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik utama
memiliki ciri-ciri: menarik perhatian penyimak, bermanfaat bagi penyimak, dan
akrab dengan penyimak; d) Menyimak Topik
Bawahan, setelah
penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik
bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik
bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah
dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan
sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut.
Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan
mengetahui topik-topik bawahannya; e) Menyimak
Akhir Pembicaraan, akhir
pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati
rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara
menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan
yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang
simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak.
Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan
himbuan itu secara cermat dan teliti.
JENIS-JENIS
MENYIMAK
Secara
garis besar, Tarigan membagi jenis menyimak itu menjadi dua kategori, yaitu:
(1) menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.[10]
Kedua jenis menyimak itu sangat berbeda. Perbedaan itu tampak dalam cara
melakukan kegiatan menyimak. Menyimak ekstensif lebih banyak dilakukan oleh
masyarakat secara umum. Misalnya: orang tua dan anak-anak menyimak tayangan
sinetron dari sebuah televisi, berita radio, dan lain sebagainya. Menyimak
intensif lebih menekankan kemaampuan memahami bahan simakan. Misalnya: dalam
menyimak pelajaran di sekolah, guru biasanya menuntut agar siswa memahami penjelasannya.
Selanjutnya, untuk mengukur daya serap siswa, guru memberikan pertanyaan.
Pertama, Menyimak ekstensif ialah
proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, khotbah di
masjid, pengumuman di stasiun kereta api, dan sebagainya. Ada beberapa jenis
kegiatan menyimak ekstensif, yaitu:
Menyimak
Sosial
Menyimak
sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar,
terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih
menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam
masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap
dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama,
sedang anak merupakan peran sasaran.
Menyimak
Sekunder
Menyimak
sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang pembelajar sedang
membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara
siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar
oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara tersebut.
Menyimak
Estetika
Menyimak
estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan
menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu. Misalnya, menyimak pembacaan
puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu
lebih menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami
sebuah pembacaan puisi.
Dalam
hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap
puisi tersebut. Demikian pula pembacaan cerita pendek. Hal ini pernah dilakukan
oleh seorang pengarang terkenal Gunawan Mohammad yang sering membacakan
cerpen-cerpennya melalui radio. Banyak remaja mendengarkan pembacaan tersebut.
Para remaja tampaknya dapat menikmati dan menghayati cerpen yang dibacakan
tersebut.
Menyimak
Pasif
Menyimak
pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya,
dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu
dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa
daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut.
Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak
pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan
baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak
pasif. Pada umumnya, menyimak pasif ini terjadi karena kebetulan dan
ketidaksengajaan.
Kedua, Menyimak
intensif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
dengan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki.
Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif: a) menyimak intensif pada
dasarnya menyimak pemahaman; b) menyimak intensif memerlukan tingkat
konsentrasi pikiran dan perasaan yang tinggi; c) menyimak
intensif pada dasarnya memahami bahasa formal; dan d) menyimak intensif memerlukan
reproduksi materi yang disimak. Agar jelas, hal itu diuraikan dalam penjelasan
berikut: (1) Menyimak intensif ialah
menyimak pemahaman tentang suatu objek. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan
menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan
baik. Pemahaman merupakan prioritas pertama. Hal itu berbeda dengan menyimak
ekstensif yang lebih menekankan hiburan, kontak sosial. ketidaksengajaan, dan
lain sebagainya. Jadi, rioritas menyimak, intensif ialah memahami makna
pembicaraan; (2) Menyimak intensif memerluhan konsentrasi tinggi, memusatkan
sermua gejala jiwa seperti pikiran, perasaan, ingatan, perhatian, dan
sebagainya kepada salah satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan
pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap bahan yang disimak. Agar penyimak
dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan beberapa cara,
antara lain: menjaga agar pikiran tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak
bergejolak, serta perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak. Penyimak
juga harus mampu menghindari berbagai hal-hal yang dapat menggangu kegiatan
menyimak, baik internal maupun ekstenal; (3) Menyimak intensif ialah memahami
bahasa formal/komunikasi resmi. Misalnya, ceramah, pidato, diskusi, berdebat,
temu ilmiah dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam ceramah ilmiah,
temu ilmiah, atau diskusi ialah bahasa resmi atau bahasa baku. Bahasa baku
lebih menekankan makna; (4) Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah
dipahami dari hasil menyimak. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara
lisan (berbicara) dan tulis (menulis, mengarang). Reproduksi dilakukan setelah
menyimak. Fungsi reproduksi itu antara lain adalah: (a) mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan berbicara; (b) mengukur
kemampuan integratif antara menyimak dengan menulis atau mengarang; (c) mengetahui kemampuan daya
serap seseorang; dan (d) mengetahui
tingkat pemahaman seseorang tentang bahan yang telah disimak.
Menyimak
intensif merupakan salah satu kegiatan menyimak yang terdiri atas beberapa
jenis.[11]
Berikut ini dikemukakan jenis jenis menyimak intensif: a) Menyimak kritis ialah
kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan
penilain secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta
kekurangan-kekurangannya. [12]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah: mengamati tepat
tidak ujaran pembicara, dan mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa"
dan “dapatkah”. Misalnya: dapatkah penyimak membedakan antara fakta dan opini
dalam menyimak? Dapatkah penyimak mengambil simpulan dari hasil menyimak?
Dapatkah penyimak menafsirkan makna idium, ungkapan, dan majas dalam kegiatan
menyimak?; b) Menyimak konsentratif
ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak.[13]
Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk: (1) mengikuti petunjuk-petunjuk; (2) mencari hubungan antar unsur dalam menyimak; (3) mencari hubungan
kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen; (4) mencari butir informasi penting dalam
kegiatan menyimak; (5)
mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak; dan (6) mencari gagasan utama
dari bahan simakan; c) Menyimak
eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk mendapatkan informasi baru.[14]
Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan: (1) menemukan gagasan baru; (2) menemukan informasi baru
dan informasi tambahan dari bidang tertentu; (3) menemukan topik-topik baru yang dapat
dikembang pada masa yang akan datang dan (4)
menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru; d) Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar.[15]
Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (1) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau
bahasa daerah, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda. bahasa Jerman. Dsb; (2) mengemukakan gagasan yang
sama dengan pembicara. namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang
berbeda; (3) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak; dan (4) menyusun petunjuk-petunjuk
atau nasihat berdasar materi yang telah disimak; e) Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan
memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.[16]
Kegiatan menyimak interogratif bertujuan untuk: (1) mendapatkan fakta-fakta dari pembicara; (2) mendapatkan gagasan baru
yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik; dan (3) mendapatkan informasi
apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak; f) Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara
selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara,
bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan
bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya.[17]
Menyimak selektif memiliki ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan
menyimak yang lain. Adapun ciri menyimak selektif ialah: (1) menyimak dengan
saksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (2)
menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (3) menyimak dengan memusatkan
pada tema-tema tertentu.
MEMAHAMI BAHASA LISAN
Menurut Byrner dalam bukunya Syukur Ghazali[18]
menyebutkan bahwa bahasa lisan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1) Berbicara secara bebas dan
spontan, yaitu berbicara dalam situasi interaktif dimana bahasa yang dihasilkan
penutur banyak memiliki “kesalahan”; 2) Berbicara secara bebas tapi terencana,
seperti yang terjadi dalam wawancara dan diskusi, dimana nilai informasinya
lebih tinggi daripada pembicaraan bebas sontan tapi tetap memiliki sifat interaktif
dan spontan; 3) Penyajian
lisan dari teks tertulis, seperti pada berita dan kuliah, dimana penyampaian
informasi dilakukan secara objektif dan niatan dari pembicaraan tampak lebih
jelas; 4) Penyajian lisan dari
skrip/naskah yang sudah baku dan dilatih sebelumnya, seperti pada drama atau
film, dimana unsur-unsur linguistik dan cara penyampaiannya dilakukan dengan
tingkat stilisasi yang tinggi.
Berbicara
secara bebas dan spontan memiliki ciri berupa penggunaan bentuk-bentuk bahasa
yang direduksi (seperti “going to”
disingkat menjadi “gonna”, “supposed to” disingkat “sposta”), ucapan-ucapan yang tidak
gramatis, reaksi yang terlambat, jeda dan keraguan, dimana semuanya ini terjadi
dalam kerangka waktu yang nyata dan dibuat secara kooperatif antara penutur
dengan pendengar yang menggunakan berbagai macam sinyal verbal dan non-verbal
selama jalanya percakapan. Menurut Joiner
(1986), pemahaman terhadap teks lisan dapat dipermudah dengan adanya
karakteristik-karakteristik tertentu dari bahasa lisan seperti keraguan dalam
berbicara, perulangan, parafrase, menyampaikan maksud dalam unit-unit klausa
(anak kalimat) dan bukan dalam bentuk kalimat utuh, dan juga dibantu dengan
isyarat-isyarat ekstra-linguistik seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan
isyarat-isyarat situasional. Pendengar juga dapat meminta penjelasan, meminta
lawan bicaranya untuk memberikan elaborasi (pemberian rincian) dan mengulang
informasi untuk memfasilitasi pemahamannya terhadap bahasa lisan yang diucapkan
lawan bicaranya.
Kemudian
untuk metode bahasa lisan yang kedua yaitu berbicara secara bebas tapi
terencana, didapati bahwa pemahaman terhadap bahasa lisan yang diproduksi
secara bebas dan terencana ini memiliki banyak kesamaan ciri dengan pemahaman
terhadap bahasa bebas spontan, tapi ada penekanan yang lebih besar untuk
menyampaikan topik tertentu, seperti misalnya kesehatan, pendidikan, ekonomi
dan kondisi sosial. Percakapan secara bebas terencana ini dilakukan secara
kolaboratif dengan menggunakan berbagai macam fungsi bahasa (meminta informasi,
mengungkapkan pendapat pribadi, menyatakan sesuatu, mengevaluasi sesuatu).
Ketika
seseorang mendengarkan bahasa lisan di dalam situasi-situasi non-interaksional
seperti berita radio, kuliah, pengumuman dari pengeras suara atau acara
televisi, maka isyarat-isyarat (cue)
kontekstual atau visual yang didapatkan secara langsung akan terbatas atau
bahkan tidak ada sama sekali. Sebagai contoh, dalam situasi seperti itu
pendengar tidak bisa mengajukan pertanyaan. Situasi bahasa lisan semacam ini
lebih mirip dengan teks tertulis daripada dengan bahasa lisan karena
penyajiannya seringkali dilakukan dengan cara membaca naskah yang sudah
pasti/baku dan sudah dilatih sebelumnya. Selain itu, biasanya pendengar tidak
dapat mengendalikan kecepatan dari pembacaan dan juga tidak bisa meminta agar
teks itu dibacakan ulang.
Proses
pemahaman terhadap bahasa lisan dalam berbagai situasi di atas melibatkan
berbagai unsur. Kegiatan pemahaman ini melibatkan aspek-aspek seperti adanya
antisipasi (perkiraan tentang kira-kira apa yang akan didengarkan) dan adanya
tujuan yang jelas dari kegiatan menyimak itu (Ur, 1984), dimana pendengar
memberikan perhatian secara aktif dan berusaha secara aktif pula untuk mencerna
apa makna dari stimulus-stimulus (Coakley dan Wolvin, 1984). Richards (1983) menunjukkan bahwa
sebagian besar dari pengetahuan yang kita miliki tentang dunia sekitar kita ini
disusun ke dalam beberapa “script”
(“naskah”), atau yang kadang disebut juga dengan istilah lain seperti “frames” atau “schemata”. Skemata ini memungkinkan individu untuk membuat dugaan
dan penafsiran tentang kejadian-kejadian yang seringkali terjadi dalam
situasi-situasi yang sudah dikenal dengan baik oleh individu. Kegunaan dari
skemata ini adalah untuk membantu individu dalam memahami situasi-situasi yang lumrah/
sering terjadi ketika informasi yang diterimanya tentang situasi itu tidak
lengkap. Para pendengar dan pembaca menggunakan skemata ini untuk misalnya “makan di restoran fast food”, “berobat ke
dokter gigi” atau “menyewa apartemen”
dimana tiap-tiap situasi ini memiliki skemata sendiri-sendiri dalam pikiran
individu.
Istilah
“textual schemata” (skemata tekstual)
digunakan untuk merujuk pada pengetahuan tentang konvensi-konvensi/ kebiasaan
budaya pada level wacana dalam sebuah teks, yaitu cara-cara yang berlaku dalam
budaya tertentu di dalam mengorganisasikan teks, menstruktur informasi atau
mengurutkan informasi dalam tiap-tiap jenis teks tertentu (misalnya urutan
dalam laporan-laporan berita, struktur yang digunakan dalam menulis cerita
pendek, kebiasaan-kebiasaan dalam membuat janji dengan dokter). Sementara
istilah “content schemata” (skemata isi) merujuk pada pengetahuan yang
didapatkan individu dari pengalaman-pengalaman dalam hidupnya seperti:
kebiasaan-kebiasaan yang ia ketahui saat menghadiri upacara perkawinan, pesta,
pemakaman, kebiasaan-kebiasaan ketika bersekolah, ketika belanja bahan makanan,
ketika membeli parabotan, ketika membeli pakaian, kebiasaan-kebiasaan ketika
pergi jauh dengan mobil, dengan bis, dengan kereta api, kebiasaan-kebiasaan
ketika pergi ke museum, festival, atau ke bioskop.
Penelitian-penelitian
terhadap masalah keterampilan resepsi (“resepsi” dari kata “to receive” yang berarti “menerima,
menyerap” atau “keterampilan pemahaman”) menunjukkan bahwa pemahaman dalam
membaca dan menyimak memerlukan jenis proses kognitif yang berbeda-beda tergantung pada jenis teks
yang dihadapi. Jika kegiatan yang dilakukan adalah membaca nama jalan dan
rambu-rambu, maka keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan dalam
membedakan unsur-unsur yang ada dalam sebuah informasi yang tersimpan dalam
memori. Jika kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti petunjuk yang sudah
diberikan, maka keterampilan yang diperlukan adalah pemahaman fakta dan urutan
kejadian. Selanjutnya strategi-strategi kognitif seperti inferensi, pembuatan
hipotesis dan analisis akan sangat diperlukan jika kegiatan yang dilakukan
adalah menyimak dan membaca teks yang bersifat evaluatif (seperti resensi film
atau tajuk editor di koran) dan proyektif (seperti laporan penelitian dan
monograf). Tindakan menyimak melibatkan banyak jenis kompetensi linguistik,
sistem pengetahuan dan strategi kognitif. Sifat kegiatan berbicara itu sendiri
(yaitu apakah bersifat spontan ataukah membaca teks yang sudah disiapkan
sebelumnya), tingkat keakraban pendengar tentang topik, skrip-skrip budaya yang
berlaku, dan tujuan dari kegiatan menyimak itu dapat memberikan pengaruh yang
berbeda-beda terhadap pemahaman dalam menyimak.
PENELITIAN
KEGIATAN MENYIMAK BAHASA KE-2
Penelitian
terhadap kegiatan menyimak dalam bahasa kedua masih belum banyak dilakukan dan
biasanya penelitian-penelitian semacam ini mengikuti perkembangan-pekembangan
pada peneltian terhadap kegiatan menyimak bahasa pertama. Siswa-siswa dengan
kemahiran tingkat lanjut dapat mengisi lebih banyak tempat kosong dalam teks
berdasarkan menyimak karena mereka lebih mengandalkan pada isyarat-isyarat
semantik dari materi/isi dalam teks yang mereka dengarkan itu. Sementara para
siswa dengan tingkat kemahiran yang lebih rendah lebih memperhatikan tatabahasa
kalimat dengan mengabaikan makna.
Wolff (1987)
mendapati bahwa orang-orang Jerman yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua menggunakan strategi pemahaman yang mirip seperti yang digunakan para
penutur asli/native dari bahasa
Inggris, terutama pada level aktivasi skrip (memilih mana skrip yang digunakan
dalam memahami teks yang disimak). Siswa-siswa Jerman ini diminta untuk
mendengarkan serita dalam bahasa Inggris dan kemudian diminta menceritakannya
kembali dalam bahasa Jerman. Prosedur ini memungkinkan para siswa untuk
menggunakan pengetahuan mereka tentang dunia nyata ketika mereka mengalami
masalah pada pengetahuan linguistik mereka (yaitu kesulitan-kesulitan dalam hal
leksikon, sintaks, wacana, dan kekurangan-kekurangan lain dalam penguasaan
bahasa Inggris). Dari sini didapati bahwa strategi atas-bawah (top down) yang menggunakan konteks,
struktur pengetahuan dan skemata peranan signifikan dalam pengolahan informasi
dalam bahasa kedua. Strategi bawah-atas adalah strategi yang diawali dengan
unsur-unsur level bawah yaitu unsur-unsur akustik (bunyi Ã
suku kata Ã
kata), lalu menggunakan unit-unit bahasa yang lebih besar (kalimat Ã
paragraf Ã
teks). Karena siswa lebih banyak mengandalkan strategi bawah-atas ini maka yang
terjadi adalah pemahaman secara mikro dimana pendengar mampu mengulang atau
mengingat bentuk-bentuk linguistik yang muncul dalam teks yang diucapkan itu
(biarpun belum tentu paham maksud dari teks secara keseluruhan. Sementara siswa
yang berhasil dalam memahami teks lebih memfokuskan pada isi dari pesan itu dan
tidak sekedar mengingat unsur-unsur linguistik tertentu secara terinci dari
teks yang bersangkutan (atau yang disebut pemahaman makro). Komprehensif makro
seperti ini memerlukan kemampuan untuk memparafrasekan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan pemahaman umum (long, 1989).
Pengetahuan
tentang skemata tekstual dan informasi tentang topik-topik tertentu didapati
dapat meningkatkan secara signifikan pemahaman dalam menyimak, terutama ketika
para pendengar dilatih untuk menggunakan strategi-strategi seperti
mengidentifikasi unsur-unsur semantik penting, membuat asosiasi, dan
mengantisipasi materi dari teks tertentu dalam berita radio (Welssenreider.
1987). Isyarat-isyarat kontekstual visual juga didapati mampu memfasilitasi
pemahaman menyimak pada pembelajar-pembelajar bahasa Jerman tingkat awal.
Presentasi visual yang menggambarkan para tokoh dalam teks, hubungan antar
tokoh dan situasi budaya juga dapat menjadi aktivator/pembangkit skrip dan
meningkatkan kemampuan untuk mengingat teks. Isyarat-isyarat visual ini
didapati akan efektif ketika digunakan sebagai kegiatan pra-menyimak atau
pasca-menyimak.
Penelitian
yang dilakukan Chamot dan Kupper (1989) terhadap siswa-siswa yang
belajar bahasa Spanyol mendapati bahwa siswa yang sukses seringkali menggunakan
tugas-tugas pra-menyimak (seperti pertanyaan pemahaman yang diajukan dalam
bentuk tertulis) untuk mengaktivasi apa yang mereka tahu tentang topik dan
memprediksi konteks-konteks yang mungkin terkait dengan teks yang mereka
hadapi. Pemahaman teks lewat menyimak yang sukses memerlukan penggunaan
strategi-strategi meta-kognitif (pemantauan terhadap diri sendiri dengan cara
memeriksa, memverifikasi atau mengoreksi pemahaman dalam proses mengerjakan
sebuah tugas bahasa) dan strategi kognitif (membuat inferensi dengan cara
menebak makna atau memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi
berdasarkan informasi yang tersedia, melakukan elaborasi dengan menghubungkan
informasi baru dengan informasi yang sudah diketahui sebelumnya). Untuk
mengetahui apa strategi-strategi yang digunakan secara selama situasi menyimak,
Chamot dan Kupper (1989) menyarankan untuk menggunakan prosedur-prosedur
wawancara lisan.
Secara
ringkasnya, pendengar terlibat secara aktif di dalam memahami teks lisan.
Temuan-temuan utama dari penelitian-penelitian yang telah ditinjau menunjukkan
beberapa hal berikut: 1) Pembelajar
yang sudah mencapai tingkat tinggi lebih mengandalkan pada isyarat-isyarat
level semantik daripada ciri-ciri sintaksis atau fonologi dari teks lisan; 2) Beberapa pembelajar mampu
menggunakan strategi atas-bawah dan bawah-atas secara sekaligus; 3) Pembelajar yang tidak sukses
sering kali lebih mengandalkan pada strategi bawah-atas, sehingga mereka lebih
ingat pada bentuk-bentuk lingusitik daripada makna dari teks yang mereka simak; 4) Pendengar akan lebih banyak
menggunakan strategi bawah-atas ketika mereka tidak memiliki skemata/skrip yang
relevan; 5) Isyarat-isyarat visual dari
konteks dapat memfasilitasi pemahaman dalam menyimak, terutama untuk siswa-siswa
level pemula; 6) Tugas-tugas
pra-menyimak dapat mengaktivasi strategi pengolahan atas-bawah pada diri
pembelajar; 7) Kesuksesan
dalam menguasai keterampilan pemahaman memerlukan strategi meta-kognitif dan
sekaligus strategi kognitif; 8) Guru
dapat membantu siswa agar siswa memahami strategi apa yang mereka gunakan dalam
situasi-situasi menyimak[19]
[1] Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa (Bandung: Penerbit Angkasa, 1983), h.19.
[2] Ibid.
[3] Haryadi dan Zamzani, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia
(Yogyakarta: Depdikbud, 1996), h.21.
[4] Ice Sutari, dkk., Menyimak (Jakarta: Depdikbud, 1997),
hh.22-26.
[5] Herry Hermawan, Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi yang
Terabaikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.15
[6] Ibid.
[7] Djago Tarigan, Keterampilan Menyimak (Bandung: Angkasa,
1999), h.21
[8] Kamidjan, Teori Menyimak (Surabaya: FBS UNESA,
2001), h:6
[9] Ibid., h.7
[10] Henry Guntur Tarigan, op.cit., h.22
[11] Sabarti Akhadiah, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia
( Jakarta: Erlangga, 2003), h.150
[12] Kamidjan, op.cit., h.22
[13] Ibid., h.23
[14] Ibid.
[15] Sabarti Akhadiah, op.cit., h.157
[16] Ibid., h.158
[17] Kamidjan, op.cit., h.24
[18] Syukur Ghazali. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Rafika Aditama. Hal. 172
[19] Ibid. 180
If you would like an alternative to casually dating girls and trying to find out the right thing to do...
BalasHapusIf you would prefer to have women pick YOU, instead of spending your nights prowling around in filthy bars and night clubs...
Then I encourage you to watch this eye-opening video to learn a weird secret that might get you your very own harem of hot women just 24 hours from now:
FACEBOOK SEDUCTION SYSTEM...
Alhamdulillah, terimakasih kepada kaka yang kDa upload materi yang sangat bermanfaat sekali untuk saya. Awalnya saya udah mau nyerah nyari referensi buku mengenai menyimak Dan blog kaka saya pikir mungkin tidak Ada juga memuat apa yt saya Cari na un says pas rah Dan tetap membuka blog kaka, saya pikir mungkin g Ada juga sdhlah gpp yg terakhir, eh ternyata punya Kk muatep buanget... :p
BalasHapus