Minggu, 05 November 2017

HAKIKAT MINAT BELAJAR IPA

Minat belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap siswa untuk memperhatikan setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa perhatian, rasa ketertarikan, rasa senang, dan rasa suka dalam belajar tanpa adanya rasa terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui pengalaman belajarnya.

Oleh: Ista Annisa S.Pd. Gr.
a.         Hakikat Minat
Pada semua usia, minat mempunyai peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Seringkali orang memiliki persepsi yang salah akan arti “minat”. Minat tak jarang dikaitkan dengan kesenangan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.[1] Apabila seseorang melihat sesuatu yang memiliki banyak keuntungan untuk dirinya maka orang itu merasa berminat. Minat sering dihubungkan dengan kepuasan, jika seseorang menginginkan sesuatu maka akan mucul minat dan ketika sudah mendapatkan sesuatu tersebut maka akan timbul rasa puas dalam dirinya. Bila seseorang tidak puas dengan apa yang sudah didapat, maka minat orang tersebut juga berkurang.
Kepribadian seseorang ditentukan oleh minat yang tumbuh dan berkembang pada saat masa kanak-kanak. Sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi asupan yang penting untuk belajar. Ketika anak-anak tidak memiliki minat dalam belajar. Maka anak tersebut akan menganggap pelajaran itu susah serta mengalami kesulitan belajar. Apabila anak-anak merasa memiliki minat, maka anak tersebut akan memenuhi minat itu dengan cara apapun. Ketika sudah memiliki minat, anak akan berupaya untuk mencapai segala keinginannya baik dalam pelajaran ataupun permainan. Jika seorang guru mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak sepenuhnya, rangsangan harus diatur supaya sesuai dengan minat anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Harlock: “saat siap diajar” yaitu saat anak-anak siap belajar karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan diri yang dapat diperoleh lewat pengalaman belajar.[2]  Guru harus memberikan rangsangan yang positif dan sesuai dengan keadaan yang ada. Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman yang mereka dapat akan lebih bermakna.
Anak tidak dilahirkan lengkap dengan minat, minat merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu akan menentukan seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Minat akan muncul saat ada rasa ketertarikan pada sesuatu. Setelah minat itu terlaksana dengan baik maka perasaaan yang muncul adalah senang. Minat itu akan bertahan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memperoleh kepuasan dan kesenangan.
Menurut Rahman dan Abdul secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut disertai dengan perasaan senang.[3] Minat merupakan salah satu bentuk ketertarikan seseorang terhadap objek yang ada. Minat juga dikaitkan dengan kesenangan seseorang ketika sudah mendapatkan apa yang diminati. Dalam melakukan segala kegiatan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh minatnya terhadap kegiatan tersebut, dengan adanya minat yang cukup besar akan mendorong seseorang untuk mencurahkan perhatiannya. Hal tersebut akan meningkatkan pula seluruh fungsi jiwanya untuk dipusatkan pada kegiatan yang sedang dilakukannya. Demikian pula halnya dengan kegiatan belajar, maka ia akan merasa bahwa belajar itu merupakan yang sangat penting atau berarti bagi dirinya, sehingga ia berusaha memusatkan seluruh perhatiannya kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar dan dengan senang hati akan melakukannya, yang menunjukkan bahwa minat belajar mempunyai pengaruh atau aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga minatnya.
Slameto dalam Djaali menyebutkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[4] Jadi, minat dapat diekspresikan melalui beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat juga dapat diimplementasikan melalui partisipasi aktif pada suatu kegiatan. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.[5] Jadi, dalam prosesnya siswa dapat mengetahui sejauh mana minat mempengaruhi dirinya. Siswa akan menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting.
Menurut Rahman dan Abdul minat merupakan sesuatu yang harus diteruskan pada hal-hal konkret.[6] Karena minat merupakan sesuatu yang masih abstrak dan perlu kita implementasikan dalan kehidupab. Jika seseorang memiliki minat yang besar terhadap sesuatu, namun tidak berusaha untuk mendapatkan sesuatu itu maka minat hanya ada di dalam hatinya. Orang tersebut tidak akan mendapatkan kesenangan atau kepuasan. Schraw dan Lehman dalam Dale et all mengatakan bahwa minat mengacu pada keterlibatan diri yang disukai dan dikehendaki pada sebuah aktivitas.[7] Maksudnya, minat akan timbul apabila seseorang menyukai sesuatu yang ada. Ketika seseorang merasa menginginkan sesuatu maka akan timbul minat yang besar dalam dirinya. Herbart, filsuf asal German dalam Dale et all mengatakan bahwa minat pada sebuah mata pelajaran dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran.[8] Karena, minat dapat membangkitkan semangat dalam diri seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Begitupula dengan sebuah mata pelajaran yang dapat menarik minat siswa, maka siswa tersebut akan termotivasi dan mengikuti pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa beban. Oleh karena itu, minat memiliki pengaruh yang besar dalam kegiatan pembelajaran.
Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri individu dan dari lingkungan.[9] Dari dalam diri seseorang minat dapat dipengaruhi oleh usia, pengalaman belajar, jenis kelamin dan perasaan mampu memenuhi minatnya. Karena jika seseorang sudah berminat maka orang tersebut akan memenuhi keinginannya. Dari lingkungan yaitu lingkungan rumah, sekolah, dan keluarga. Karena minat seseorang timbul dan berkembang, maka lingkungan juga berpengaruh penting. Berdasarkan penjelasan teori di atas dapat dijelaskan bahwa minat belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap siswa untuk memperhatikan setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa perhatian, rasa ketertarikan, rasa suka, dan terlibat aktif dalam belajar tanpa adanya rasa terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui pengalaman belajarnya.
b.        Hakikat Belajar
Sejak manusia diciptakan, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, dikatakan bahwa aktivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia. Belajar merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia, karna manusia adalah makhluk belajar yang di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar.
Belajar merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan dari belajar itu sendiri adalah adanya perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.[10] Dalam belajar siswa mengalami perubahan perilaku kepada diri sendiri dan orang lain. Pengalaman sangat mempengaruhi perubahan perilaku siswa, dari melihat, mendengar, menyimak dan melakukan sesuatu.
Slameto mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[11] Maksudnya, adanya kegiatan belajar dapat ditandai melalui perubahan tingkah laku seseorang. Belajar juga memerlukan interaksi dengan lingkungan agar mendapatkan pengalaman. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dari dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Sudjana dalam Hamiyah dan Jauhar mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.[12] Seseorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan. Perubahan tidak hanya terkait dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan,sikap, keterampilan dan lain-lain. Sardiman menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.[13] Di mana dalam proses pendidikan ini, manusia mengalami proses perubahan belajar yang ditandai dengan adanya keingintahuan seseorang terhadap sesuatu, sehingga melalui proses belajar mengajar manusia mendapatkan pengalaman dan diikuti dengan perubahan dari apa yang telah dipelajarinya. Semakin aktif seseorang berinteraksi dalam proses belajar mengajar semakin baik pula perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar.
Simpulan dari belajar adalah suatu kegiatan sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha mendewasakan dirinya melalui pengetahuan yang telah didapatkan melalui proses belajar tersebut ditandai dengan perubahan-perubahan pada diri individu seseorang.
c.         Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya.[14] IPA sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa dapat merasakan sendiri fenomena alam yang terjadi. Siswa sebenarnya sudah mempelajari konsep-konsep pembelajaran IPA berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
Carin and Sund dalam Asih dan Eka menyebutkan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara terarur,berlaku umum(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA memiliki empat unsur utama yaitu: 1) Sikap, 2) Proses, 3) Produk, dan 4) Aplikasi.[15]  IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Chiappetta dalam Siti dan Zuhdan mengutarakan bahwa hakikat IPA adalah sebagai a way of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara penyelidikan), dan a body of knowledge (sekumpulan pengetahuan).[16] IPA merupakan cara berpikir untuk mengungkapkan gejala-gejala alam. IPA sebagai proses atau metode penyelidikan melalui cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sains untuk memperoleh fakta-fakta, produk-produk atau ilmu pengetahuan. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Powler yang menyatakan bahwa: IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.[17] Akan tetapi IPA juga sering digambarkan hanya sekedar kumpulan hukum dan catalog dari fakta-fakta yang tidak berhubungan.  Gambaran yang sempit tersebut akhirnya akan mempengaruhi cara menyikapi IPA sebagai hal yang rumit dan membosankan.
Selain itu, Nash 1993 yang dikutip oleh Usman Samatowa dalam bukunya The Nature of Sciences menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.[18] IPA mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA juga merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi“. IPA mempelajari tentang gejala-gejala alam yang ada di muka bumi. Dengan menggunakan pengamatan siswa belajar memahami gejala-gejala alam tersebut.
Pendidikan IPA merupakan proses pengembangan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran diberikan secara langsung untuk dapat mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar. IPA dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan manusia untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi,panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.[19] Dalam pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat dinyatakan bahwa IPA bukan hanya kumpulan ilmu pengetahuan melainkan produk atau hasil suatu proses yang mengandung metode ilmiah, melalui cara kerja, cara berfikir, dan cara pemecahan masalah. IPA juga merupakan suatu penerapan teknologi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah sebagai proses yang merujuk pada suatu aktivitas ilmiah atau kerja cara memperoleh hasil IPA. Dalam mengajar IPA tidak berarti hanya menstransfer materi IPA yang terdapat dibuku lebih jauh siswa diajak masuk ke dalam alam yang konkret melalui cara mengajak siswa melakukan pengamatan sendiri untuk menemukan jawaban dari apa yang diamati.
d.        Hakikat Minat Belajar IPA
Minat adalah kecenderungan terhadap kesenangan melakukan suatu hal atau aktivitas atas dasar rasa ketertarikan, rasa lebih suka, rasa perhatian dan rasa senang, sehingga mendorong siswa untuk memperhatikan  dan terlibat aktif dalam suatu aktivitas dengan perasaan senang untuk dapat mempelajari suatu hal secara tuntas dan dapat mempengaruhi tingkah lakunya. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk mengetahui dan menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prisip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Dapat dikatakan bahwa IPA merupakan sekelompok pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari suatu hasil pemikiran serta pengamatan para ilmuan, melalui serangkaian keterampilan dengan menggunakan metode ilmiah yang tersusun secara sistematis. Indikator dari minat belajar IPA ialah 1) Adanya rasa perhatian tiggi pada objek tertentu dalam melakukan suatu hal atau aktivitas berupa proses yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA ditandai dengan memberi perhatian pada objek tertentu, 2) Adanya dasar rasa ketertarikan dalam mencari kebenaran, konsep, dan penemuan dari proses penemuan produk, 3) rasa lebih suka dalam meneliti dengan melakukan pengamatan/percobaan, dan 4) rasa terlibat aktif yang ditandai dengan sikap jujur, optimis, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran IPA baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka minat belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap siswa untuk memperhatikan setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa perhatian, rasa ketertarikan, rasa senang, dan rasa suka dalam belajar tanpa adanya rasa terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui pengalaman belajarnya.

Download Full Documen



[1] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), h.114.

[2] Ibid., h.114.

[3] Abdul Rahman S dan Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.262.

[4] Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.121.

[5] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), h. 180.

[6] Ibid., h.180.

[7] Dale et all, Motivasi dalan Pendidikan: Teori, Penelitian dan Aplikasi  (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 316.

[8] Ibid., h.316.

[9] Rahman dan Abdul, op.cit., h.263.

[10] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). hh. 10-11.

[11] Slameto, op.cit. ,h.2.

[12] Hamiyah dan Jauhar, Strategi Belajar Mengajar  (Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakaraya, 2014), h. 2.

[13] Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011), h.20.

[14] Asih dan Eka, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.22.

[15] Ibid., h.24.

[16] Siti dan Zuhdan, Pembelajaran Sains (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014),h.6.

[17] Usman Samatowa, Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar (Jakarta: Grasindo, 2008), h.2.

[18] Ibid., h. 2.


[19] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.112.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konsep dan Komponen Modul Ajar

Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembela...