Minat belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap
siswa untuk memperhatikan setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa
perhatian, rasa ketertarikan, rasa senang, dan rasa suka dalam belajar tanpa
adanya rasa terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui
pengalaman belajarnya.
Oleh: Ista Annisa S.Pd. Gr.
a.
Hakikat Minat
Pada
semua usia, minat mempunyai peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan
mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Seringkali orang memiliki
persepsi yang salah akan arti “minat”. Minat tak jarang dikaitkan dengan
kesenangan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.[1]
Apabila seseorang melihat sesuatu yang memiliki banyak keuntungan untuk dirinya
maka orang itu merasa berminat. Minat sering dihubungkan dengan kepuasan, jika
seseorang menginginkan sesuatu maka akan mucul minat dan ketika sudah
mendapatkan sesuatu tersebut maka akan timbul rasa puas dalam dirinya. Bila
seseorang tidak puas dengan apa yang sudah didapat, maka minat orang tersebut
juga berkurang.
Kepribadian
seseorang ditentukan oleh minat yang tumbuh dan berkembang pada saat masa
kanak-kanak. Sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi asupan yang penting untuk
belajar. Ketika anak-anak tidak memiliki minat dalam belajar. Maka anak
tersebut akan menganggap pelajaran itu susah serta mengalami kesulitan belajar.
Apabila anak-anak merasa memiliki minat, maka anak tersebut akan memenuhi minat
itu dengan cara apapun. Ketika sudah memiliki minat, anak akan berupaya untuk
mencapai segala keinginannya baik dalam pelajaran ataupun permainan. Jika
seorang guru mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak
sepenuhnya, rangsangan harus diatur supaya sesuai dengan minat anak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Harlock: “saat siap diajar” yaitu saat anak-anak siap
belajar karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan diri yang dapat
diperoleh lewat pengalaman belajar.[2] Guru harus memberikan rangsangan yang positif
dan sesuai dengan keadaan yang ada. Bila anak-anak berminat pada suatu
kegiatan, pengalaman yang mereka dapat akan lebih bermakna.
Anak
tidak dilahirkan lengkap dengan minat, minat merupakan hasil dari pengalaman
belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu akan menentukan seberapa
lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Minat akan
muncul saat ada rasa ketertarikan pada sesuatu. Setelah minat itu terlaksana
dengan baik maka perasaaan yang muncul adalah senang. Minat itu akan bertahan
jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memperoleh kepuasan dan kesenangan.
Menurut
Rahman dan Abdul secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut disertai dengan
perasaan senang.[3]
Minat merupakan salah satu bentuk ketertarikan seseorang terhadap objek yang
ada. Minat juga dikaitkan dengan kesenangan seseorang ketika sudah mendapatkan
apa yang diminati. Dalam melakukan segala kegiatan seseorang akan sangat
dipengaruhi oleh minatnya terhadap kegiatan tersebut, dengan adanya minat yang
cukup besar akan mendorong seseorang untuk mencurahkan perhatiannya. Hal
tersebut akan meningkatkan pula seluruh fungsi jiwanya untuk dipusatkan pada
kegiatan yang sedang dilakukannya. Demikian pula halnya dengan kegiatan
belajar, maka ia akan merasa bahwa belajar itu merupakan yang sangat penting
atau berarti bagi dirinya, sehingga ia berusaha memusatkan seluruh perhatiannya
kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar dan dengan senang hati
akan melakukannya, yang menunjukkan bahwa minat belajar mempunyai pengaruh atau
aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga minatnya.
Slameto
dalam Djaali menyebutkan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[4]
Jadi, minat dapat diekspresikan melalui beberapa pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat juga dapat
diimplementasikan melalui partisipasi aktif pada suatu kegiatan. Mengembangkan
minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya
sendiri sebagai individu.[5]
Jadi, dalam prosesnya siswa dapat mengetahui sejauh mana minat mempengaruhi
dirinya. Siswa akan menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai
beberapa tujuan yang dianggap penting.
Menurut
Rahman dan Abdul minat merupakan sesuatu yang harus diteruskan pada hal-hal
konkret.[6]
Karena minat merupakan sesuatu yang masih abstrak dan perlu kita
implementasikan dalan kehidupab. Jika seseorang memiliki minat yang besar
terhadap sesuatu, namun tidak berusaha untuk mendapatkan sesuatu itu maka minat
hanya ada di dalam hatinya. Orang tersebut tidak akan mendapatkan kesenangan
atau kepuasan. Schraw dan Lehman dalam Dale et all mengatakan bahwa minat
mengacu pada keterlibatan diri yang disukai dan dikehendaki pada sebuah
aktivitas.[7]
Maksudnya, minat akan timbul apabila seseorang menyukai sesuatu yang ada.
Ketika seseorang merasa menginginkan sesuatu maka akan timbul minat yang besar
dalam dirinya. Herbart, filsuf asal German dalam Dale et all mengatakan bahwa
minat pada sebuah mata pelajaran dapat meningkatkan motivasi dalam
pembelajaran.[8]
Karena, minat dapat membangkitkan semangat dalam diri seseorang untuk
mendapatkan sesuatu. Begitupula dengan sebuah mata pelajaran yang dapat menarik
minat siswa, maka siswa tersebut akan termotivasi dan mengikuti pelajaran
tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa beban. Oleh karena itu, minat memiliki
pengaruh yang besar dalam kegiatan pembelajaran.
Cukup
banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat, dimana secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam
diri individu dan dari lingkungan.[9]
Dari dalam diri seseorang minat dapat dipengaruhi oleh usia, pengalaman
belajar, jenis kelamin dan perasaan mampu memenuhi minatnya. Karena jika
seseorang sudah berminat maka orang tersebut akan memenuhi keinginannya. Dari
lingkungan yaitu lingkungan rumah, sekolah, dan keluarga. Karena minat
seseorang timbul dan berkembang, maka lingkungan juga berpengaruh penting. Berdasarkan
penjelasan teori di atas dapat dijelaskan bahwa minat
belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap siswa untuk memperhatikan
setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa perhatian, rasa
ketertarikan, rasa suka, dan terlibat aktif dalam belajar tanpa adanya rasa
terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui pengalaman
belajarnya.
b.
Hakikat Belajar
Sejak manusia diciptakan, sebenarnya ia telah
melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, dikatakan bahwa aktivitas
belajar itu telah ada sejak adanya manusia. Belajar merupakan salah satu
kebutuhan bagi manusia, karna manusia adalah makhluk belajar yang di dalam
dirinya terdapat potensi untuk diajar.
Belajar merupakan perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya tujuan dari belajar itu sendiri adalah adanya
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun
sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.[10] Dalam belajar siswa
mengalami perubahan perilaku kepada diri sendiri dan orang lain. Pengalaman
sangat mempengaruhi perubahan perilaku siswa, dari melihat, mendengar, menyimak
dan melakukan sesuatu.
Slameto mengatakan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.[11] Maksudnya, adanya
kegiatan belajar dapat ditandai melalui perubahan tingkah laku seseorang.
Belajar juga memerlukan interaksi dengan lingkungan agar mendapatkan
pengalaman. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dari dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Sudjana dalam Hamiyah dan Jauhar
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan
pada diri seseorang.[12] Seseorang dikatakan
belajar apabila mengalami perubahan. Perubahan tidak hanya terkait dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan,sikap, keterampilan
dan lain-lain. Sardiman menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.[13] Di mana dalam proses
pendidikan ini, manusia mengalami proses perubahan belajar yang ditandai dengan
adanya keingintahuan seseorang terhadap sesuatu, sehingga melalui proses
belajar mengajar manusia mendapatkan pengalaman dan diikuti dengan perubahan
dari apa yang telah dipelajarinya. Semakin aktif seseorang berinteraksi dalam
proses belajar mengajar semakin baik pula perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang sedang belajar.
Simpulan dari belajar adalah suatu kegiatan
sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha mendewasakan dirinya melalui
pengetahuan yang telah didapatkan melalui proses belajar tersebut ditandai
dengan perubahan-perubahan pada diri individu seseorang.
c.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan rumpun
ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang
faktual (factual), baik berupa
kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya.[14] IPA sangat erat
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, siswa dapat merasakan sendiri
fenomena alam yang terjadi. Siswa sebenarnya sudah mempelajari konsep-konsep
pembelajaran IPA berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.
Carin and Sund dalam
Asih dan Eka menyebutkan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara terarur,berlaku umum(universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen. IPA memiliki empat unsur utama yaitu: 1) Sikap, 2)
Proses, 3) Produk, dan 4) Aplikasi.[15] IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Proses pemecahan
masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis
melalui metode ilmiah. IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori,
dan hukum. Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Chiappetta
dalam Siti dan Zuhdan mengutarakan bahwa hakikat IPA adalah sebagai a way of thinking (cara berpikir), a way of investigating (cara
penyelidikan), dan a body of knowledge
(sekumpulan pengetahuan).[16] IPA merupakan cara
berpikir untuk mengungkapkan gejala-gejala alam. IPA sebagai proses atau metode
penyelidikan melalui cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sains
untuk memperoleh fakta-fakta, produk-produk atau ilmu pengetahuan. IPA membahas
tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada
hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Powler yang menyatakan bahwa: IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen.[17]
Akan tetapi IPA juga sering digambarkan hanya sekedar kumpulan hukum dan
catalog dari fakta-fakta yang tidak berhubungan. Gambaran yang sempit tersebut akhirnya akan
mempengaruhi cara menyikapi IPA sebagai hal yang rumit dan membosankan.
Selain
itu, Nash 1993 yang dikutip oleh Usman Samatowa dalam bukunya The Nature of
Sciences menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk
mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat
analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru
tentang objek yang diamatinya.[18] IPA mempelajari tentang
sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA juga merupakan ilmu
yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi“. IPA mempelajari tentang
gejala-gejala alam yang ada di muka bumi. Dengan menggunakan pengamatan siswa
belajar memahami gejala-gejala alam tersebut.
Pendidikan
IPA merupakan proses pengembangan untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses
pembelajaran diberikan secara langsung untuk dapat mengembangkan kompetensi
agar memahami alam sekitar. IPA dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan
manusia untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan-permasalahan yang dapat
diidentifikasi.
Ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya
meliputi: gaya,bunyi,panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.[19]
Dalam pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat dinyatakan bahwa IPA
bukan hanya kumpulan ilmu pengetahuan melainkan produk atau hasil suatu proses
yang mengandung metode ilmiah, melalui cara kerja, cara berfikir, dan cara
pemecahan masalah. IPA juga merupakan suatu penerapan teknologi.
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah sebagai proses yang
merujuk pada suatu aktivitas ilmiah atau kerja cara memperoleh hasil IPA. Dalam
mengajar IPA tidak berarti hanya menstransfer materi IPA yang terdapat dibuku
lebih jauh siswa diajak masuk ke dalam alam yang konkret melalui cara mengajak
siswa melakukan pengamatan sendiri untuk menemukan jawaban dari apa yang
diamati.
d.
Hakikat Minat Belajar IPA
Minat
adalah kecenderungan terhadap kesenangan melakukan suatu hal atau aktivitas
atas dasar rasa ketertarikan, rasa lebih suka, rasa perhatian dan rasa senang,
sehingga mendorong siswa untuk memperhatikan
dan terlibat aktif dalam suatu aktivitas dengan perasaan senang untuk
dapat mempelajari suatu hal secara tuntas dan dapat mempengaruhi tingkah
lakunya. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk
mengetahui dan menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prisip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Dapat dikatakan
bahwa IPA merupakan sekelompok pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari suatu hasil pemikiran serta pengamatan para ilmuan, melalui
serangkaian keterampilan dengan menggunakan metode ilmiah yang tersusun secara
sistematis. Indikator dari minat belajar IPA ialah 1) Adanya rasa perhatian
tiggi pada objek tertentu dalam melakukan suatu hal atau aktivitas berupa
proses yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA ditandai dengan memberi
perhatian pada objek tertentu, 2) Adanya dasar rasa ketertarikan dalam mencari
kebenaran, konsep, dan penemuan dari proses penemuan produk, 3) rasa lebih suka
dalam meneliti dengan melakukan pengamatan/percobaan, dan 4) rasa terlibat
aktif yang ditandai dengan sikap jujur, optimis, dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan kegiatan dalam pembelajaran IPA baik dalam kegiatan diskusi
kelompok maupun individu.
Berdasarkan
uraian di atas, maka minat belajar IPA adalah kecenderungan hati dari setiap
siswa untuk memperhatikan setiap proses kegiatan belajar IPA dengan adanya rasa
perhatian, rasa ketertarikan, rasa senang, dan rasa suka dalam belajar tanpa
adanya rasa terpaksa sehingga siswa dapat berubah tingkah lakunya melalui
pengalaman belajarnya.
Download Full Documen
Download Full Documen
[1]
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak
Jilid 2 ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), h.114.
[2] Ibid.,
h.114.
[3] Abdul
Rahman S dan Muhbib Abdul, Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2006),
h.262.
[4] Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011), h.121.
[5] Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), h. 180.
[6] Ibid., h.180.
[7] Dale et
all, Motivasi dalan Pendidikan: Teori,
Penelitian dan Aplikasi (Jakarta: PT
Indeks, 2012), h. 316.
[8] Ibid., h.316.
[9] Rahman
dan Abdul, op.cit., h.263.
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). hh. 10-11.
[11]
Slameto, op.cit. ,h.2.
[12]
Hamiyah dan Jauhar, Strategi Belajar
Mengajar (Jakarta: Penerbit Prestasi
Pustakaraya, 2014), h. 2.
[13]
Sardiman, Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2011), h.20.
[14] Asih
dan Eka, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014), h.22.
[15] Ibid., h.24.
[16] Siti
dan Zuhdan, Pembelajaran Sains (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2014),h.6.
[17] Usman Samatowa, Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar (Jakarta: Grasindo,
2008), h.2.
[18] Ibid.,
h. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar