Rabu, 03 Maret 2021

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. (hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id).





Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. (hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id). Penilaian ini bukanlah sebuah penentu lulus atau tidak lulusnya peserta didik dalam lembaga sekolah. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur dalam asesmen nasional yaitu:
  1. Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. 
  2. Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten. 

Apa Pentingnya Asesmen Nasional?
  1. Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi pelajaran, & nilai ujian akhir, apapun sebutannya.
  2. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. 
  3. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial.
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:
  1. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. 
  2. Asesmen Nasional juga memotret hasil belajar sosial emosional meliputi: sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan.

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrument utama, yaitu:
  1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi siswa.
  2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa
  3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.

Tujuan dan Manfaat Asesmen Nasional
Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Secara khusus asesmen nasional bertujuan untuk:
  1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, & (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem Pendidikan.
  2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
  3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. 

Tujuan umum : Asesmen nasional secara umum bertujuan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.


Evaluasi Ujian Nasional
Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. beberapa poin evaluasi berikut menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
  • Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik.
  • Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama.
  • Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional.

Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional
  1. Tujuan Pelaksanaan untuk AKM adalah mengevaluasi mutu terkait system satuan pendidikan, sedangkan UN Untuk mengevaluasi capaian hasil belajar murid secara individu
  2. Jenjang Penilaian, dimana peserta AKM adalah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, Program kesetaraan jenjang dasar dan menengah, sedangkan UN yaitu SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK
  3. Level Siswa yang mengikuti tes untuk AKM kelas V, VIII dan XI, sedangkan UN adalah untuk siswa tingkat terakhir pada tiap jenjang
  4. Subjek siswa untuk AKM diambil melalui Survei: Siswa dipilih secara acak untuk mengikuti AN, sedangkan UN dilakukan melalui Sensus: Semua siswa mengikuti UN
  5. Model Soal untuk AKM berupa PG, PGK, Menjodohkan, Isian singkat, dan Uraian, sedangkan UN berbentuk Pilihan ganda dan Isian singkat
  6. Sasaran Penilaian untuk AKM yitu Kompetensi  literasi, numerasi, dan karakter serta kualitas dan iklim satuan Pendidikan yang mendukung pembelajaran, sedangkan UN berupa Penguasaan terhadap mata pelajaran. 
  7. Metode Penilaian untuk AKM Computerized MultiStage Adaptive Testing (MSAT), sedangkan untuk UN Computer Based Test (CBT) dan Paper Based Test (PBT)

Kriteria Peserta Pelaksana Asesmen Nasional
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.


Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional
  1. AKM dilaksanakan secara adaptif.
  2. AKM mengukur kompetensi mendasar.
  3. Seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama.
  4. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
  5. AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan
  6. kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. 
  7. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemdikbud menyediakan contoh soal AKM pada laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Konsep Literasi Membaca
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum.  Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan.  Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.


Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Membaca Tingkat SD
Pada tingkat SD terdapat 3 level pembelajaran, Yaitu:
  1. Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi dengan cara: a) Mengakses dan mencari informasi dalam teks, b) Memahami teks secara literal, c) Menyusun inferensi, d) Membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak, e) Mengevaluasi dan merefleksi 
  2. Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca, tambahannya: a) Menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya, b) Mengevaluasi menilai format penyajian dalam teks, c) Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi. 
  3. Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 5 dan 6, sama seperti level pembelajaran 2 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca, tambahannya: Menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. 

Konsep Numerasi
Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum.  Numerasi merupakan suatu kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam cakupan dan situasi yang lebih luas.  Numerasi menuntut siswa untuk mengenali dan memahami peran matematika di dunia, memiliki disposisi dan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bernalar, mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. 


Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi
Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal.  Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.


Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD
Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level pembelajaran.  Level 1 terdapat 3 konten yang dipelajari yakni:  bilangan, geometri dan  pengukuran serta aljabar.  Level 2-3 terdapat 4 yaitu konten pada level 1 ditambah data dan ketidak pastian.
  • Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan : a) Belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan, b) Mengenal bangun geometri dan pengukurannya, c) Mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan serta relasi dan fungsi bilangan. 
  • Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 4, siswa akan : a) Belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal., b) Mengenal bangun geometri dan pengukurannya, c) Mempelajari persamaan & pertidaksamaan bilangan, relasi & fungsi bilangan, juga rasio & proporsi, d) Mempelajari data dengan representasinya serta ketidakpastian dan peluang. 
  • Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 6, siswa akan: a) Belajar merepresentasi, mengurutkan dan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dengan bilangan bulat ataupun desimal. b) Mengenal bangun geometri dan pengukurannya, c) Mempelajari persamaan & pertidaksamaan bilangan, relasi & fungsi bilangan, juga rasio & proporsi, d) Mempelajari data dengan representasinya.

Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen Kompetensi Minimum
Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
  • Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus.
  • Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik, Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
  • Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai topik tersebut, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat topik yang dibahas.
  • Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan topik materi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan topik materi. 

Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Segitiga belajar membantu melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang tidak berdiri sendiri.

Nonton di Youtube:


Download Modul dengan informasi lebih lengkap dari artikel ini:

Sumber:
https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/frontpage/detail
https://ayogurubelajar.kemdikbud.go.id/seri-asesmen-kompetensi-minimum/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Konsep dan Komponen Modul Ajar

Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembela...