Jenis
pengumpulan data yang akan dibahas adalah jenis atau teknik pengumpulan
menggunakan obeservasi dan wawancara. Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan pengamatan, sedangkan wawancara dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
Chapter 02
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
By:
Liring Kusuma Astuti S.Pd dan Yeti Karlinawati S.Pd
Jenis-jenis Pengumpulan Data:
Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Marshall (1995)
menyatakanbahwa“through observation, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Jenis Observasi
Sanafiah Faisal (1990)
mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi
yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (untructured observation).
1)
Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan
suka dukanya. Dengan
observasi partisi panini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Observasi ini dibagi menjadi empat: a) Partisipasi
pasif (passive participation): means the
research is present at the scene of action but does not interact or participate.
Jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak terlibat dalam kegiatan tersebut; b) Partisipasi
Moderat (moderat participation)means that
the researcher maintains a balance between being insider and being outsider.Dalam
observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan
orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa
kegiatan, tetapi tidak semuanya; c) Partisipasi aktif (active partisipation): means that the researcher generally does
what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa
yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap; d) Partisipasi
lengkap (complete participation): means the researcher is a natural
participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan
data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber
data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.
Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan
yang diteliti.
2)
Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia
sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai
akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus
terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.kemungkinan kalau dilakukan
dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3)
Observasi tak berstruktur
Observasi dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi
akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian
sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan
secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur
adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak mengggunakan instrumen
yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Manfaat Observasi
Menurut patton dalam nasution (1988),
manfaat observasi adalah sebagai berikut: 1) Dengan
observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan
situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh;
2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau
pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan
atau discovery; 3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang
atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,
karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara;
4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal sedianya tidak akan terungkapkan
oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
Dengan observasi, peneliti dapat menemukan
hal-hal yang diluar presepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran
yang lebih komprehensif. Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan
data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana
situasi sosial yang diteliti.
Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif
yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga
komponen yaitu: 1) Place,
atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Dalam pendidikan
bisa diruang kelas; 2) Actor,
pelakuatau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, seperti guru,
kepala sekolah, pengawas, orang tua murid; 3) Activity atau kegiatan yang
dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan
belajar mengajar,
Tahapan Observasi
Menurut Spradley (1980) tahapan observasi
ada tiga yaitu: 1) Observasi
deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai
obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti,
maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap
semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu
hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi
tahap ini sering disebut sebagai grand
tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat
dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan
terhadap semua yang ditemui; 2) Observasi Terfokus, pada tahapan ini peneliti sudah
melakukan ini minitour observation yaitu
suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi
ini juga dinamakan observasi terfokus,
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat
menemukan focus; 3) Observasi
Terseleksi, pada tahap
observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih
rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka tahap ini
peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras/ perbedaan dan kesamaan
antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori
yang lain, pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan, memahami
yang mendalam atau hipotesis.
Keunggulan dan kelemahan observasi
Keunggulan teknik pengumpulan data
obeservasi adalah: 1) Observasi merupakan teknik yang dapat langsung digunakan
untuk memperhatikan berbagai gejala tingkah laku murid; b) Observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak dengan kejadian yang penting; c) observasi
baik sekali untuk digunakan sebagai teknik untuk melengkapi data yang diperoleh
dengan teknik lain; d) Dalam observasi pengumpulan data tidak perlu mempergunakan
bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang ditelaah.
Sedangkan kelemahannya adalah: a) Observasi
tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat; b) Banyak kejadian dan
keadaan objek yang sulit diobservasi terutama yang menyangkut kehidupan pribadi
yang sangat rahasia; c) Observasi sering menjumpaiobserve yang bertingkah laku
baik dan menyenangkan karena tahu bahwaia sedang diobservasi; d) Banyak gejala
yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu sehingga dapat
terjadi gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan.
Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan
sebagai berikut.”a meeting of two persons
to exchange informationand idea through question and responses, resultingin
comunication and joint contructionof meaning about aparticular topic”.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik-pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Macam-macam Wawancara
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa
macam wawancara, yaitu: 1) Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh, oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan
wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data, supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara. 2) Wawancara Semiterstruktur, Jenis
wawancara inisudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,dan
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. 3) Wawancara tak berstruktur adalah
wawancara yang dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
tersusun secara sistematis dan lengkap. Wawancara tak berstruktur atau terbuka
sering diguanakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan penelitian yang
lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.
Langkah-Langkah Wawancara
Lincoln and Gubadalam sanapiah faisal,
mengemukakan ada 7 langkah dalam penggunaan wawacara untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kualitatif : 1) Menetapkan
kepada siapa wawancara itu akan dilakukan; 2) Menyiapkan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan; 3) Mengawali atau
membuka alur wawancara; 4) Melangsungkan
alur wawancara; 5) Mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya; 6) Menuliskan hasil wawancara ke
dalam catatan lapangan; 7) Mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan molleong (2002) menggolongkan
enam pertanyaan yang saling berkaitan yaitu: 1) Pertanyaan yang berkaitan
dengan pengalaman, pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang
telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya; 2) Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat, ada kalanya peneliti ingin minta pendapat
kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu, oleh karena
itu peneliti pertanyaan yang dilontarkan kepada informan berkenaan dengan
pendapat tentag data tersebut; 3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan, mendapatkan
data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan
mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikomotorik. Namun demikian
perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya
dilakukan percakapan yang biasa dan lama-lama diarahkan pada pertanyaan yang
digunakan untuk mengungkapkan perasaan; 4) Pertanyaan tentang pengetahuan, pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau
peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena
diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut; 5) Pertanyaan yang berkenaan
dengan indera, pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi
karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu
peristiwa; 6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi, pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subjek yang dipelajari yang
meliputi statu sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal ususl, tempat
lahir, usia, pekerjaan, an lain lain.
Alat-alat wawancara
Alat-alat wawancara meliputi: 1) Buku
catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data; 2) Tape
recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan; 3) Camera:
untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau
sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan
penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
Mencatat Hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat
setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang, karena
wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur. Maka peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sitematis terhadap yang dianggap penting, yang
tidak penting, data yang sama dikelompokan. Hubungan satu data dengan data lain
perlu dikontruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang
masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru
agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.
Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan dari teknik ini adalah: 1) Data
yang diperoleh akan cepat dan secara langsung; 2) Dapat dilakukan serempak
dengan observasi; 3) Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur.
Sedangkan kelemahannya: 1) Membutuhkan
waktu yang lebih lama karena kesulitan bertemu dengan responden; 2) Sangat
bergantung pada kesedihan kedua pihak; 3) Menurut penguasaan bahasa dari pihak
pewawancara, untuk melancarkan proses wawancara dan mendokumentasikan hasilnya
dapat dibuat pedoman wawancara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar