Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting disamping tiga keterampilan bahasa lainnya, yaitu membaca, menulis, menyimak. Hal ini dikarenakan dengan sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dan segala kondisi emosional, dan lain sebagainya. Dari keempat keterampilan itu, terdapat dua keterampilan produktif dan dua keterampilan reseptif. Berbicara dan menulis termasuk keterampilan produktif, sedangkan menyimak dan membaca termasuk keterampilan reseptif. Keterampilan produktif merupakan keterampilan yang memberikan informasi kepada pihak lain baik secara lisan maupun secara tulisan melalui menulis. Sedangkan keterampilan reseptif merupakan keterampilan menyerap informasi dari pihak lain, baik berupa orang maupun media cetak dan elektronik. Keempat aspek keterampilan berbahsa tersebut menduduki posisi yang sama penting dan saling menunjang. Oleh karena itu, pembelajaran keempat keterampilan berbahasa ini dilaksanakan secara terpadu.
Penulisan bertujuan untuk: 1) memahami
pengertian keterampilan berbicara; 2) Memahami dari keterampilan berbicara; 3)
Mendeskripsikan tahapan keterampilan
berbicara pada anak usia dini; 4) Mendeskripsikan hubungan antara empat
keterampilan tersebut; 5) Memahami faktor-faktor penunjang kegiatan
berbicara; 7) Memahami faktor
penghambat kegiatan berbicara; 8) Mendeskripsikan cara mengembangkan
keterampilan berbicara; 9) Memahami penilaian dari keterampilan
berbicara; 10) Memahami bentuk tes dari keterampilan berbicara.
Pengertian
Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan[1].
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk
mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan[2]. Menurut
Mulyati, didefinisikan secara sempit berbicara adalah bentuk komunikasi dengan
menggunakan media bahasa lisan. Sedangkan secara umum, berbicara merupakan
proses penemuan gagasan dalam bentuk ujaran[3].
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus
sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan
keinginan pada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri
untuk berbicara, sehingga dapat menghilangkan rasa malu, berat lidah, dan
rendah diri[4].
Dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang
kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia
demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan. Berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik. Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan ungkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan kata-kata untuk mengespresikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima pesan atau informasi melaui rangkaian nada, tekanan dan
penjedaan.
Ketika dalam pembelajaran, kemampuan
berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika
seorang guru menuntut siswanya dapat berbicara dengan baik, maka guru harus
memberi contoh bebicara yang baik. Guru di samping harus menguasai teori
berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik juga
harus dapat mengeskpresikan pengetahuan yang dikuasai dalam bahasa lisan yang
baik.
Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah
menyampaikan informasi berupa gagasan-gagasan kepada pendengar. Secara khusus,
berbicara memiliki banyak tujuan, antara lain untuk memberi informasi,
menyatakan diri, mencapai tujuan, berekspresi, menghibur, dan lain-lain[5]. Tujuan berbicara untuk memberitahukan,
melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakini seseorang[6].
Berbicara merupakan sarana kita
berkomunikasi satu sama lain. Fungsi bahasa antara lain, antara lain: 1) Bahasa
sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita
untuk melakukan komunikasi satu sama lain; 2) Bahasa sebagai sarana integrasi
dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam
suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau
karyawan; 3) Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk
mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling
memahami; 4) Bahasa sebagai sarana memahami diri, yaitu bahasa dalam membangun
karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya
sendiri; 5) Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu bahasa dapat
digunakan untuk mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta; 6) Bahasa
sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin efektivitas
komunikasi.
Setiap kegiatan berbicara yang
dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan utama berbicara
adalah untuk berkomunikasi[7]. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara
umum maupun perorangan.
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk
berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa
yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara
dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif
dan efisien.
Tahapan
Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
Perkembangan merupakan suatu perubahan
yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam keterampilan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan
pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap. Pada tahap perkembangan bicara, ada tiga
tahap berbicara yaitu[8]:
Tahap penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai
mampu mengujar urutan bunyi kata tertentu dan anak belum mampu memaknainya.
Anak tersebut mampu mengucapkan tetapi tidak mampu mengenal kata itu.
Pengucapan kata “mama, papa, makan, minum” oleh anak karena adanya suatu pola
peniruan bunyi yang pernah didengarnya (dari ibunya sendiri dan kakak-kakaknya
atau anggota keluarganya). Pada umumnya pada tahap ini anak baru mampu
menggunakan kalimat terdiri atas satu kata atau prase. Kata-kata yang
diujarkannya pengucapan pada benda-benda yang ada disekelilingnya. Penggunan
kalimat yang berbentuk satu kata atau satu prase ini untuk mewakili pesan
disebut holo prase.
Tahap Telegrafis
Pada tahap telegrafis ini anak sudah
mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkanya dalam bentuk urutan bunyi yang
berwujud dua atau tiga kata, maksudnya, kalimat-kalimat yang diucapkan anak
terdiri atas dua atau tiga kata. Yang termasuk pada tahap ini yaitu anak yang
berumur sekitar dua tahun.
Tahap Transformasional
Pengetahuan dan penguasan kata-kata
tertentu yang dimiliki anak dapat dimanfaatkan untuk mengucapkan
kalimat-kalimat yang lebih rumit. Anak yang berumur lima tahun adalah saat anak
mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah, dan
menginformasikan sesuatu. Berbagai kegiatan anak dan aktivitasnya
dikomunikasikan atau diujarkan melalui kalimat-kalimat. Di sini anak sudah
mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentuk kalimat
yang beragam.
Hubungan
antara berbicara dengan Tiga Keterampilan
Adapun hubungan
berbicara dengan tiga keterampilan sebagai berikut[9] :
Berbicara dengan
Menyimak
Berbicara
dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak
terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan,
seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan
sebagainya. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada
gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang
menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa
mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan
berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu
memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang
baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan
dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui
suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi
melalui ucapan atau suara.
Berbicara
dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan
berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak
akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung,
merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang
dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah
sebagai berikut: a) Ujaran (speech)
biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); b) Kata-kata yang
akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka; c)
Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat
tempatnya hidup; d) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat
yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat
diucapkannya; e) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang; f) Bunyi atau suara merupakan suatu
faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh
karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang
baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya; g) Berbicara dengan bantuan
alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada
pihak penyimak.
Berbicara dengan
Membaca
Berbicara
dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat
produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar
informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi
sebagai penerima informasi.
Bahan
pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering
orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong
bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang
diperolehnya antara lain melalui berbicara. Hubungan-hubungan antara bisang
kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah
penelitian, antara lain: a) Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali
dengan kecakapan berbicara; b) Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara mungkin
mengganggu pelajaran membaca bagi anak; c) Kalau pada tahun-tahun awal sekolah,
ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi
anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan keterampilan
berbicara mereka; d) Kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan
secara langsung. Apabila muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka
guru hendaknya mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya
sebelum mereka mulai membacanya.
Berbicara dengan
Menulis
Kegiatan
berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan
itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui
kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian
informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi
yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak
ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan
berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah
kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. Berikut: a) Anak belajar berbicara
jauh sebelum dia dapat menulis; dan kosakata, pola-pola kalimat serta
organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi
keterampilan menulis berikutnya; b) Anak yang telah dapat berbicara dengan
lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta
tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan
ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua; c) Perbedaan-perbedaan
antara berbicara dengan menulis juga ada, di antaranya, keterampilan berbicara
atau komunikasi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering
berubah-ubah, tidak tetap dan biasanya lebih kacau dan membingungkan daripada
komunikasi tulis. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran
maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur
dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap
kalimat sebelum dia menulis naskahnya. Selain itu, dia juga sering memeriksa
serta memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan
tulisannya; d) Pembuatan catatan serta bagan atau rangka ide-ide yang akan
disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan
ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari
catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan
agar penyajiannya tidak terputus-putus.
Menyimak
dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk
menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa
keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam
penggunaannya, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering sekali saling
berhubungan.
Faktor-Faktor
Penunjang Kegiatan berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi
lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan
kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience
atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan
beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan
berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu
pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c)
keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan
teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan
berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan meliputi: a) Ketepatan ucapan; b) Penempatan
tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai; c) Pilihan kata; Ketepatan
penggunaan kalimat serta tata bahasanya; d) Ketepatan sasaran
pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi; e) Sikap yang
wajar, tenang dan tidak kaku; f) Pendangan harus diarahkan ke lawan bicara; g) Kesediaan
menghargai orang lain; h) gerak-gerik dan mimik yang tepat; i) Kenyaringan
suara; j) Kelancaran; k) Relevansi, penalaran; l) Penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah
faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan nonkebahasaan
(nonlinguistik).
Faktor-Faktor
Penghambat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses komunikasi
mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab
gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu: 1) Faktor fisik, yaitu faktor yang
ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan; 2) Faktor
media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama,
tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh; dan 3) Faktor psikologis, kondisi
kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan
sakit.
Pengembangan
Keterampilan Berbicara
Salah satu bentuk kemampuan
berbicara adalah percakapan. Dalam pembalajaran, percakapan ini sebenarnya
dapat menggunakan teknik percakapan terbimbing dan bebas[10]. Percakapan terbimbing
disini bukan berarti siswa diarahkan untuk menghafal teks, melainkan dibimbing
dengan sebuah kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui tehnik ini
siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri.
Para siswa mempelajari
strategi dan keterampilan melakukan sosialisasi dan percakapan ketika mereka
berpartisipasi dalam percakapan dikelompok kecil. Para siswa mempelajari cara
memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran, menjaga agar
percakapan berlangsung terus, mendukung komentar dan pertanyaan orang atau
kelompok, mengatasi perbedaan pendapat dan mengakhiri percakapan.
Mereka juga belajar tentang
peranan kemampuan berbicara dalam mengembangkan pengetahuan. Untuk memulai percakapan,
seorang siswa secara suka rela atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan.
Kadang-kadang guru menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang
siswa mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota
kelompok menanggapinya. Para siswa secara bergiliran menyampaikan komentar atau
mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-teman kelompok dan
memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, para siswa menuju pada
tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas
atau menanggapi pertanyaan[11].
Sementara itu, kesempatan
yang baik untuk mengebangkan kemampuan berbicara adalah pada tahap publikasi,
dalam proses menulis. Anak diminta merubah karangannya dalam bentuk drama
pendek yang diperankan dikelas. Pada kesempatan memerankan adegan inilah anak
memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting dari temantemannya.
Metode
Pembelajaran Berbicara
Metode pembelajaran
berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Berbagai kriteria yang harus
dipenuhi oleh metode berbicara antara lain [12]: 1) Relevan dengan
tujuan; 2) Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran; 3) Mengembangkan
butir-butir keterampilan proses; 4) Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang
telah dirancang; 5) Merancang siswa untuk bisa belajar; 6) Mengembangkan
penampilan siswa; 7) Tidak menuntut peralatan yang rumit; 8) Mengembangkan
kreatifitas siswa; 9) Mudah melaksanakan; 10) Menciptakan suasana belajar
mengajar yang menyenangkan.
Adapun metode-metode
pembelajaran berbicara yaitu[13]:
Metode ulang-ucap
Metode ucapan adalah suara
guru atau rekaman suara guru. Model ucapan guru yang diperdengarkan kepada
siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Materi diambil dari kurikulum/silabus
yang relevan. Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan
berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di muka kelas. Siswa menyimak
dengan teliti, kemudian mengucapkan kembali sesuai model guru. Materi
pembelajaran dapat beupa kata, kalimat sederhana, atau ucapan puisi sederhana,
dan sebagainya. Misalnya:
Guru: “ini mama”
Siswa: “ini mama” (bisa ditirukan secara individual,
kelompok, atau klasikal)
Metode lihat-ucap
Guru memperlihatkan gambar
atau benda tertentu kemudian menyebut nama benda atau gambar tersebut. Benda
atau gambar yang diperlihatkan atau dipilih guru harus cermat disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan siswa. Penunjukan gambar dapat dimaksudkan
untuk mengganti benda yang sulit atau tidak mungkin dibawa ke dalam kelas.
Misalnya:
Guru: menunjukkan rambutan
Siswa: “ini rambutan”
Guru: memperlihatkan gambar kerbau
Siswa: “ini kerbau”
Metode memerikan
Memerikan berarti
menjelaskan, menerangkan , melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa
disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar, kesibukan lalu lintas,
pemandangan atau gambar yang lain. Selanjutnya, siswa diminta memerikan apa
yang diperlihatkan guru kepada mereka. Tentu saja pemberian ini sesuai dengan
kemampuan dan tingkat keterampilan berbahasa siswa.
Misalnya:
Guru: memperlihatkan tiga anak bermain kelereng di
halaman sekolah
Siswa: Ali, Tono, dan Joko bermain kelereng. Mereka
bermain di
halaman sekolah. Mereka bermain sebelum masuk kelas, dst.
Metode menjawab
pertanyaan.
Siswa-siswa yang mengalami
kesalahan, kesulitan, atau merasa malu untuk berbicara atau bercerita dapat dibimbing
atau dipancing dengan pertanyaan guru, sehingga yang bersangkutan menjawab
pertanyaan guru. Pertanyaan ini bisa bermacam-macam sesuai dengan tema yang
sedang diajarkan.
Misalnya: untuk memperkenalkan diri siswa, guru dapat
mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan mengenai: nama
orang tuanya, alamatnya, umurnya, jumlah keluarganya, dan sebagainya.
Metode bertanya.
Melalui pertanyaan siswa
dapat menyatakan keingintahuannya terhadap segala sesuatu yang didinginkan.
Tingkat atau ragam pertanyaan yang diutarakan mengindikasikan tin gkat
kematangan dan kecerdasan siswa. Dengan pertanyaan- pertanyaan yang sistematis
siswa dapat menemukan apa yang diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenai
lingkungannya sering bertanya berbagai hal. Anak yang cerdas tidak hanya
menamakan nama benda, tetapi menanyakan pula berbagai tentang hal tersebut.
Misalnya: pertanyaan berbagai hal tentang benda tersebut
diantarannya mengenai gunanya, cara membuatnya, dimana benda itu dijual,
terbuat dari apa, dsb.
Metode pertanyaan
menggali.
Salah satu cara agar siswa
banyak dan terampil berbicara ialah dengan pertanyaan menggali. Jenis
pertanyaan ini merangsang siswa banyak berbicara. Pertanyaan menggali juga
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui untuk keluasan dan kedalaman siswa terhadap
suatu hal atau masalah.
Misalnya: guru memperlihatkan sebuah tas kepada para
siswa. Guru menanyakan sejumlah pertanyaan kepada siswa, sehubungan dengan tas
tersebut, seperti namanya, gunanya, dibuat dari apa, bagaimana cara membuatnya,
dan sebagainya.
Metode melanjutkan.
Dua, tiga atau empat siswa
bersama-sama membuat cerita secara spontan. Kalau diperlukan, guru melibatkan
diri dalam kegiatan ini. Salah satu siswa, bila perlu guru, memulai cerita
kemudian diteruskan oleh siswa kedua, ketiga, dan seterusnya sampai cerita
selesai. Pada akhir kegiatan, cerita diperiksa apakah jalan cerita sistematis,
logis, dan terpadu.
Metode menceritakan
kembali.
Guru mempersiapkan cerita
atau bahan bacaan. Cerita tersebut dikomunikasikan kepada siswa, atau siswa
disuruh membaca bacaan secara seksama. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk
menceritakan kembali isi cerita atau isi bacaan tersebut dengan kata atau
kalimatnya sendiri. Siswa yang lain diminta untuk menyimak bila temannya sedang
bercerita. Kegiatan ini bisa dilaksanakan secara bergantian.
Metode percakapan.
Percakapan atau dialog
merupakan pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu masalah antara dua
atau lebih pembicara. Dalam dialog tersebut terkandung dua kegiatan, yaitu
menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dialog biasanya berjalan akrab,
spontan dan wajar. Topik dialog adalah hal yang diminati bersama. Topik dialog
merupakan pengembangan keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan
berbicara.
Metode prafrasa.
Prafasa merupakan alih
bentuk, misalnya dari puisi ke prosa, atau sebaliknya. Dalam prakteknya,
kegiatan memprosakan puisi ini lebih sering daripada mempuisikan prosa. Apabila
seseorang siswa dapat memprosakan puisi dengan baik berarti siswa yang
bersangkutan dapat mengapresiasi puisi tersebut dengan baik. Hasil apresiasi
tersebut diungkapkan kembali dalam, bentuk lisan berupa prosa. Tentu saja puisi
yang diekspresi disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru dapat membantu
membacakan puisi dengan suara dan intonasi yang jelas dan tepat, dalam
kecepatan yang normal.
Metode reka cerita
gambar.
Guru memperlihatkan sebuah
gambar atau serangkaian gambar. Siswa disuruh memperhatikan dan menghayati
gambar atau serangkaian gambar tersebut dengan cermat dan mereka-reka dalam
benaknya peristiwa atau cerita tentang gambar tersebut. Hasil cerita anatara
siswa yang satu dengan yang lain tentunya berbeda, sesuai dengan kemampuan
berpikir mereka. Guru hendaknya bersikap toleransi terhadap cerita siswa
sepanjang masih berkaitan dengan gambar yang disajikan. Berilah pujian dan
bimbingan seperlunya.
Metode bercerita.
Kegiatan bercerita menuntun
siswa kearah perkembangan yang baik. Lancar bercerita berarti lancar berbicara.
Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi tepat, urutan cerita
sistematis, menguasai pendengar atau massa, dan berpenampilan menarik. Bahan
cerita dapat berupa pengalaman, kenangan, peristiwa yang dilihat, dsb
Metode memberi petunjuk.
Memberi petunjuk adalah
menjelaskan cara pengerjaan sesuatu, arah, proses, tempat, dan sebagainya.
Petunjuk harus jelas dalam tepat. Hal ini akan tercapai bila memberi petunjuk
terampil menggunakan bahasa lisan. Dengan kata lain memberi petunjuk akan jelas
bila dengan menggunakan berbicara. Siswa yang sering memberi petunjuk secara
lisan akan terampil berbicara. Untuk itu guru hendaknya memberi kesempatan yang
luas untuk memberi petunjuk kepada siswanya.
Metode melaporkan.
Melaporkan berarti
menyampaikan gambaran, lukisan, atau peristiwa terjadinya sesuatu hal. Masalah
yang dilaporkan dapat bermacam-macam atau beraneka ragam. Misalnya: upacara
bendera, pertandinagan kasti, peresmian proyek, dan sebagainya. Melaporkan juga
dapat berupa perjalanan, pembacaan buku. Bahasa laporan termasuk ragam
jurnalistik yang singkat, jelas, sederhana, lugas, menarik, dan baku.
Metode wawancara.
Wawancara atau interview adalah
percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara dapat seorang wartawan,
mahasiswa, siswa, penyiar radio atau televisi, dan sebagainya. Orang yang
diwawancarai adalah para ahli, tokoh, pakar, juara dalam bidangnya
masing-masing.
Metode bermain
peran.
Dalam bermain peran siswa
berlaku, bertindak, dan berbahasa seperti peran orang yang dibawakannya. Dari
segi bahasa, siswa harus mengenal dan menggunakan ragam-ragam bahasa. Bermain
peran dan dramatisasi memang mirip, tetapi keduanya berbeda. Demikian pula
dengan bermain sosiodrama. Bermain peran lebih sederhana dalam segala hal dari
pada dramatisasi dan sosiodrama.
Metode diskusi.
Diskusi merupakan kegiatan dua
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai
tujuan yang sudah tertentu dengan cara tukar menukar informasi atau memcahkan
masalah. Pada hakikatnya diskusi adalah bentuk percakapan dalam bentuk lanjut.
Cara, isi dan bobot pembicaraan lebih kompleks dan lebih tinggi dari percakapan
biasa. Diskusi merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan keterampilan
berbicara.
Metode bertelepon
Bertelepon adalah percakapan
dua arah atau pribadi dalam jarak jauh. Berbicara dengan telepon menggunakan
bahasa yang jelas, singkat, dan lugas. Faktor waktu harus diperhitungkan dalam
peristiwa ini, sebab akan mengganggu orang lain dan mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan. Oleh karena itu, bertelepon hanya digunakan dalam hal-hal yang
penting.
Misalnya: berita mendadak, kebakaran, kecelakaan,
perampokan dan sebagainya. Teknik bertelepon dapat
dimanfaatkan
sebagai teknik berbicara: singkat dan seperlunya.
Metode dramatisasi.
Dramatisasi atau bermain
drama adalah mementaskan lakon atau sandiwara. Dramatisasi memerlukan skenario
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, guru dan siswa
mempersiapkan naskah perlengkapan dan sebagainya. Seperti dinyatakan di atas,
bahwa dramatisasi lebih kompleks dari bermain peran. Lewat dramatisasi siswa
dilatih dalam bentuk bahasa lisan, yang berarti melatih berbicara.
[1]Nurgiyantoro,
B.Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
(Yogyakarta: BPFE.1995), h: 276.
[2]Tarigan,
H.G. Berbicara sebagai suatu Keterampilan
Berbahasa. (Bandung: Angkasa.1986), h: 14.
[3] Mulyati, dkk. 2009. Keterampilan
Berbahasa Indonesia SD. (Jakarta: Universitas Terbuka). h.65
[4] Iskandarwassid. 2008. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. h.45
[5] Mulyati, dkk. 2009. Keterampilan Berbahasa
Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. h.65
[6]Dhieni, Nurbiana.
2005. Metode Pengembangan Bahasa. Universitas Terbuka. h.36
[7]Tarigan, H.G. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa.1986), h: 15.
[8] Suhartono. 2005. Pengembangan
keterampilan bicara anak usia dini. Jakarta: Depdiknas. h.49-53
[9] Tarigan, H.G. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa.1986), h:4-8
[10]h Slamet, St. Y.. 2007. Dasar-Dasar
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS
(Universitas Sebelas Maret).126
[11]
Ibid. h.123-124
[12] Ibid. h.32
[13] Ibid. h.32-38
*Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).
BalasHapusTenda Roder senidiri biasa di gunakan sebagai:
-Tenda vaksinasi
-Tenda semi permanen
-Tenda gudang pabrik
-Tenda darurat Rumah sakit
-Posko Pengungsian
-Tenda Peresmian
-Tenda Pameran
-Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya
Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)
*Tenda Transparan
Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegan karena bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari atau pun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
-Acara Wedding
-Acara birthday party
-Acara pesta malam
-Event food frestival
-Mini konser
-Private Party dan masih banyak lagi kegunaannya.
*Tenda Kerucut / Tenda Sarnafil
Tenda ini biasanya digunakan untuk:
-Event outdor / pameran
-Tenda promosi
-Tenda jualan
-Tenda pameran
-Tenda event / frestival
-Posko pengamanan covid
-Posko Polisi sementara
-Posko darurat Rumah Sakit
-Ruangan darurat rumah Sakit dan masih banyak kegunaan lainnya.
Tenda kerucut dapat menutup sempurna untuk menghindari panas matahari langsung ataupun air hujan, untuk ukuran tenda yang biasa di gunakan beberapa macam yaitu 3x3m, 5x5m, dan 10x10m.
*Tenda Membrane
Tenda Membran sendiri memiliki kesan yang Elegan dan kokoh, makannya tenda ini sangat cocok sekali untuk di gunakan sebagai:
-Atap Cafe
-Atap Restoran
-Atap Loby Hotel
-Atap Lapangan Sepak bola
-Atap Hall
-Atap JPO
-Atap stadion
-Atap aula dan masih banyak lagi fungsi lainnya
untuk Jasa penyewaan sendiri kami dapat melayani untuk daerah JABODETABEK dan sekitarnya
untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di:
No.wa : 081977000899 / 081112300319 / 081112520816
Alamat: Taman Ubud Cendana 1 No.19 Lippo Village, Tangerang Banten
TENDA RODER, TENDA TRANSPARAN, TENDA KERUCUT, TENDA SARNAFIL, TENDA VAKSINASI, TENDA MEMBRAN, TENDA CAFE, TENDA HOTEL, TENDA LAPANGAN BOLA, TENDA DARURAT RUMAH SAKIT, POSKO PENGUNGSIAN, BILIK DESINFEKTAN, PISKO PENGANAMANAN COVID, RUANGAN DARURAT RUMAH SAKIT.
#TENDAVAKSINASI #TENDAEVENT #TENDAWEDDING #TENDABAZAR #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL#POSKOPENGUNGSIAN #BILIKDESINFEKTAN #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #FRESTIFALMUSIK #KONSERMUSIK #KONSER #JAKARTA #BANDUNG #KARAWANG #JAWATIMUR #JAWABARAT #JAWA TENGAH #SURABAYA #KALIMANTAN #PISKOPENGANAMANANCOVID #RUANGANDARURATRUMAH SAKIT
#TENDAVAKSINASI #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL #TENDASERBAGUNA #TENDADRIVETHRU #TENDAVAKSIN #TENDAPEMAKAMAN #TENDA MEMBRAN #TENDA CAFE #OODFRESRIFAL #KONSERMUSIK #FRESTIFALSENI #EVENTORGENAIZER #ACARAMUSIK #KONSERSENI #BOOTHPAMERAN #STANDPAMERAN #EVENTPAMERAN #TENDAPAMERAN #TENDAEVENT #TENDAKONSER #TENDABESAR #SEWATENDA #SEWATENDAKERUCUT #SEWATENDASARNAFIL #SEWATENDARODER #SEWATENDATRANSPARAN #SEWATENDAWEDDING #SEWATENDAUPACARA #SEWATENDAFOODFRESTIVAL #TENDAMURAH #TENDATERLENGJAP #VENDORTERPERCAYA #VENDORTERMURAH #TENDAMURAH #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #TENDARUMAHSAKIT #TENDASERBAGUNA #TENDASEMIPERMANEN #TENDAEVENT #TENDAPAMERAN #TENDAKECIL #TENDASIRCUIT #TENDAARENABALAP #SEWATENDASIRCUIT #SEWATENDAAREABALAP #SEWATENDAUNTUKMOTORGP #SEWATENDAEVENT #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #TENDAKERUCUT #TENDA SARNAFIL #TENDATERLARIS #TENDATERMURAH #TENDAMURAH #TENDALARIS #TEND3X3M #TENDASARNAFIL3X3M #TENDAKERUCUT3X3M #TENDASARNAFIL5X5M #TENDASARNAFIL4X4M #TENDASARNAFILMURAH #PRODUSENTENDA #PRODUSENTENDASARNAFIL #JUALRANGKATENDA
https://www.tendaroderindonesia.com/
https://shopee.co.id/pasaronlinetangerang
https://shopee.co.id/dewi.melansari
https://www.tokopedia.com/meylans
https://www.facebook.com/profile.php?id=100055894358161
https://www.instagram.com/juragantendaofficial/
https://wordpress.com/home/juragantendaofficial.wordpress.com
https://twitter.com/IndonesiaRoder