Keterampilan berbahasa merupakan
sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat,
setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur
penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Dalam Brigaseli
(2014), menurut Hoetomo MA (2005: 531-532), terampil adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas atau kecakapan mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan (Suparno,
2001:27).
Membaca
adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan
mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi
yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara
terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Membaca pada
hakekatnya yaitu proses memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis sehingga pesan
yang dikirimkan oleh pengirim pesan dapat diterima secara utuh. Seseorang
dikatakan memiliki keterampilan membaca apabila yang bersangkutan dapat
menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis berupa kata, kalimat, dan
paragraf yang dibacanya.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan, mengetahui dan
memahami hakikat membaca sebagai keterampilan berbahasa. Sedangkan Manfaatnya, hasil penulisan ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) Penulis
yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan tentang membaca sebagai keterampilan
berbahasa; 2) Pembaca yaitu sebagai bahan informasi pengetahuan
tentang membaca sebagai keterampilan berbahasa.
Hakikat
Membaca
Membaca merupakan aktivitas atau
proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk
tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai
simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah fikir
memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol tersebut.
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).
Samsu Somadayo (2011: 4)
mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang
terkandung di dalam bahan tulis. Pendapat tersebut didukung Henry Guntur
Tarigan (1985: 9) yang menjelaskan bahwa membaca adalah memahami pola-pola
bahasa dari gambaran tulisannya.
Membaca merupakan proses yang
kompleks dan rumit. Kompleks berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor
internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi,
minat, sikap, bakat,motivasi, tujuan membaca, dan lain sebagainya. Faktor
eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, latar belakang sosial dan ekonomi,
dan tradisi membaca. Rumit artinya faktor eksternal dan internal saling
berhubungan membentuk koordinasi yang rumit untuk menunjang pemahaman bacaan
(Nurhadi, 2008 : 13).
Kegiatan membaca meliputi 3
keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning.
Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya
dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding
merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan
meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat
pemahaman, pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording
dan decoding berlangsung pada siswa kelas awal, sedangkan meaning
lebih ditekankan pada kelas tinggi (Farida Rahim, 2008: 2).
Dengan demikian membaca merupakan
kegiatan yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk
memperluas wawasannya meliputi proses pengasosiaan huruf, penerjemahan, dan
pemahaman makna isi bacaan.
Membaca
sebagai Suatu Keterampilan
Manusia
memerlukan berbagai keterampilan untuk
memelihara dan memberikan arti bagi hidupnya. Setelah berkembang
keterampilan fisik dan pancaindera, pada anak kecil kemudian berkembanglah
keterampilan berbicara. Setelah cukup matang perkembangan jiwanya barulah anak
mengembangkan keterampilan membaca.
Menurut
studi Robert J. Havinghurts tentang “Bahasa keluarga dan cara berpikir”, bahasa
yang biasa digunakan anak di rumah berpengaruh kepada kecepatan anak-anak dalam
belajar membaca.[1]
Anak yang di
rumah kurang hubungannya dengan orang tua biasanya berbicara dengan frase atau
kalimat yang kacau, hal ini terpengaruh oleh kalimat orang tua yang berupa
kalimat-kalimat perintah singkat atau isyarat sebagai pengganti kata-kata.
Sebaliknya anak-anak yang di rumah mempunyai hubungan cukup dengan orang
tuanya, mereka berbicara dengan kata-kata yang pasti sesuai dengan situasi. Mereka menggunakan struktur
kalimat yang kompleks dan relatif lebih sedikit kesalahan tata bahasanya. Hal
ini disebabkan di rumah mereka dapat membicarakan keputusan-keputusannya atau
setiap orang memberi kesempatan untuk bertukar pandangan sebelum seseorang
mengambil keputusan.
Tujuan
Membaca
Tujuan
dari setiap membaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian
pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Pemahaman terhadap
bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir terus menerus dan berkelanjutan.
Membaca pemahaman sebagai sebuah proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan
sudah terjadi ketika kita belum mebaca buku apapun. Kemudian, pemahaman itu
menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubaha saat baris demi baris, kalimat
demi kalimat, paragraf
demi paragraf
dari bacaan mulai kita baca. Selanjutnya, pemahaman bacaan akan mencapai tahapan
yang lain ketika kita sampai pada bagian akhir bacaan itu yaitu ketika menutup
buku tersebut. Berikut beberapa tujuan
membaca secara umum yakni:[2] 1) Membaca untuk memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta, 2) Membaca untuk memperoleh ide-ide
utama, 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita; 4) Membaca
untuk menyimpulkan; 5) Membaca untuk mengklasifikasi; 6) Membaca untuk
mengevaluasi; 7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.
Peran
membaca amat besar bagi pengetahuan seseorang. Besar pula peran orang lain
dalam menyempurnakan pemahaman seseorang terhadap apa yang dibacanya. Karena
itu, di kelas, siswa harus diberikan kesempatan untuk memeroleh kejelasan
tentang bagian-bagian bacaan yang belum dipahami sehingga terjadilah penambahan
pengetahuan dalam dirinya. Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang
jelas, tujuan yang dimaksud meliputi:[3] 1) Menikmati keindahan yang
terkandung dalam bacaan;
2) Membaca bersuara untuk memberikan kesempaan kepada siswa menikmati bacaan;
3) Menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; 4) Menggali simpanan
pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; 5) Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata
siswa; 6) Mencari informasi untuk
pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan; 7) Melakukan penguatan atau
penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat oleh siswa sebelum melakukan
perbuatan membaca; 8) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan
eksperimenstasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan; 9) Menjawab
pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh
penulis bacaan.
Penetapan
tujuan bagi siswa harus memenuhi dua syarat yaitu menggunakan pernyataan yang
jelas, dan tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau dicari oleh
siswa ketika membaca, dan memberikan gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa
tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesa membaca.
Fungsi
Membaca
Kemampuan membaca merupakan
kemampuan dasar, karena hampir semua kemampuan untuk mendapatkan informasi bergantung
pada kemampuan tersebut. Kegiatan membaca mempunyai manfaat sebagai
berikut: 1) Fungsi Intelektual, dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan
kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contoh: membaca buku-buku
pelajaran, karya ilmiah, tesis, skripsi , dll. (Amir, 1996:4); 2) Fungsi pemacu
kreatifitas, hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakan diri kita untuk
berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilihan kosa kata. Contoh: buku
ilmiah, bacaan sastra; 3) Fungsi Praktis, kegiatan membaca dilaksanakan untuk
memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misal: teknik memotret, cara
merawat tanaman, resep membuat masakan dan minuman, dll; 4) Fungsi Religius, membaca
dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan
diri kepada Tuhan; 5) Fungsi Informatif, dengan banyak membaca bacaan,
informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh: melalui membaca majalah dan koran
dapat kita memperoleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita perlukan
dalam kehidupan sehari-hari; 6) Fungsi Rekreatif, membaca digunakan sebagai
upaya menghibur diri, mengadakan tamasya yang mengasyikan. Contoh: novel-novel,
cerita humor, karya sastra, dll; 7) Fungsi Sosial, kegiatan membaca mempuyai
fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring.
Dengan demikian, kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh
orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan befikir. Contoh: pembacaan
berita, pengumuman, dll; 8) Fungsi Pembunuh Sepi, Kegiatan membaca dapat juga
dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contoh:
membaca majalah, surat kabar, dll. (Amir, 1996:5).
Manfaat Membaca
Manfaat
dari membaca sangat banyak dengan membaca orang dapat mengembangkan
kemampuannya baik untuk mendapat dan memperoses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari
berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Henry Guntur Tarigan
berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Beberapa
manfaat membaca yaitu dengan membaca akan menambah pengetahuan. Secara umum
membaca dapat membantu kita mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan dan
juga dapatg menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan yang kita butuhkan. Membaca dapat mengubah sudut
pandang seseorang, bahkan bisa
merubah hidup seseorang. Dengan membaca seseorang akan memiliki keunggulan
komparatif dibandingkan dengan orang yang tidak membaca.
Proses
Membaca
Proses
membaca secara keseluruhan sangat kompleks karena melibatkan keseluruhan
pribadi pembaca: ingatan, pengalaman, otak, pengetahuan, kemampuan bahasa,
keadaan psikologis dan emosional, serta pancaindera melalui mata. Ada empat
tahapan dalam proses membaca yakni:[4] 1) Persepsi,
adalah kemampuan untuk membaca kata sebagai kesatuan yang berarti; 2) Pemahaman,
adalah kemampuan untuk membuat kata-kata penulis menimbulkan pikiran-pikiran
yang berguna seperti yang terbaca dalam konteks; 3) Rekasi, adalah tindakan yang
memerlukan pertimbangan dengan apa yang telah dikatakan oleh penulis; 4) Integritas,
adalah kemampuan untuk memahamkan pikiran atau konsep terhadap latar belakang
pengalaman penulis sehingga berguna sebagai bagian dari pengalaman keseluruhan
bagi pembaca.
Proses
yang melibatkan pancaindera melalui mata boleh jadi yang terpenting selama
proses membaca. Pandangan, gerakan otot mata dan gerakan-gerakan bibir atau
tenggorokan sangat mudah dipelajari dari pemrosesan kata-kata, pikiran dan
gambaran-gambaran yang terjadi di dalam computer
yang sangat luas yaitu otak manusia. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan fisik (mata) dan kegiatan lainnya dalam proses membaca, yaitu
sebagai berikut:[5] 1) Sakade, yaitu
senatakan-senatakan sedikit dari titik-titik perhentian waktu sedang membaca
tetapi tidak membaca; 2) Fiksasi, yaitu titik perhentian sepanjang baris tulisan
ketika gerakan mata berhenti sesaat untuk melihat tulisan; 3) Pandangan
keliling, yaitu kemampuan untuk melihat kiri kanan (vertikal dan horizontal)
titik pandang, keduanya berguna dalam menggabungkan apa yang baru, sedang dan
akan dibaca; 4) Rentangan pandang, yaitu seluruh bidang pengenalan huruf-huruf
bacaan; 5) Usapan kembali, yaitu gerakan mata yang lanjang dari akhir sebuah
baris ke akhir baris berikutnya, ketapatan sangat penting untuk menghindari
atau ulangan di sebuah baris; 6) Regresi, yaitu gerakan mundur sedikit ke
bagian tulisan yang telah dibaca, gerakan ini adalah siksasi mundur dari kanan
ke kiri hal ini terjadi pada waktu membaca yang sukar-sukar; 7) Vokalisasi,
yaitu gerakan bibir untuk mengucapkan kata-kata yang dibaca (meskipun dengan
suara sangat lemah), yang tidak efisien dan melelahkan; 8) Subvokalisasi, yaitu
pengucapan kata secara jelas dalam hati, meskipun tidak terdengar, gerakan ini
terjadi di tenggorokan.
[1] Wiryodijoyo,
Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi
Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud. Hal. 4.
[2] Marenti, Rafita Rani. 2012. Makalah Keterampilan Berbahasa. Tersedia pada http://rafitaranimarenti.blogspot.co.id/2012/01/makalah-keterampilan-berbahasa.html, diakses pada tanggal 13 april 2016.
[3] Santosa, Puji., dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Universitas Terbuka. Hal. 6.5.
[4] Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud. Hal. 10.
[5] Ibid. Hal. 13.
[2] Marenti, Rafita Rani. 2012. Makalah Keterampilan Berbahasa. Tersedia pada http://rafitaranimarenti.blogspot.co.id/2012/01/makalah-keterampilan-berbahasa.html, diakses pada tanggal 13 april 2016.
[3] Santosa, Puji., dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:Universitas Terbuka. Hal. 6.5.
[4] Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Depdikbud. Hal. 10.
[5] Ibid. Hal. 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar