Penerapan Kurikulum 2013 disajikan dalam model pembelajaran tematik integratif. Kemendikbud (2013, p.6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik integratif diharapkan mampu melahirkan peserta didik yang kreatif, cerdas dan inovatif.
Keberhasilan pengajaran pada pembelajaran tematik integratif tergantung pada keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, sedangkan keberhasilan peserta didik tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode. Akan tetapi pengelolaan kelas mempunyai pengaruh terhadap motivasi dan belajar peserta didik. Pengelolaan kelas merupakan unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran. Menurut Ahmad (1991, p.2) menjelaskan bahwa pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran dilakukan untuk: (1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas, (2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar, (3) menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar, (4) membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individu. Oleh sebab itu, pengelolaan kelas dalam pembelajaran perlu dibuat sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengaturan tempat duduk adalah salah satu upaya dalam mengelola kelas. Terdapat berbagai macam gaya dalam pengaturan tempat duduk. Banyaknya gaya pengaturan tempat duduk yang bisa digunakan menuntut pendidik untuk kreatif dalam memilih gaya pengaturan yang sesuai dengan kondisi kelas dan materi yang akan diberikan. Ketidak sesuaian pemilihan gaya pengaturan tempat duduk terkadang bisa menghambat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
Variasi gaya pengaturan tempat duduk menjadi salah satu bentuk pengelolaan kelas yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Ketrampilan pengelolaan kelas yang dilakukan guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Usman (2009, p.97) bahwa pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi tercapainya proses belajar mengajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai dengan variasi gaya pengaturan tempat duduk untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. Susanto (2013, p.14) menjelaskan bahwa terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung pada peserta didik. Faktor-faktor itu adalah kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Faktor yang sebagian penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung pada guru, yaitu: kemampuan (kompetensi), suasana belajar, dan kepribadian guru. Variasi gaya pengaturan tempat duduk sebagai faktor dari luar diri peserta didik yang mampu menciptakan lingkungan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan adanya variasi gaya pengaturan tempat duduk mengakibatkan hasil belajar juga meningkat. Adanya pengaturan tempat duduk yang bervariasi pada setiap pembelajaran mampu meningkatkan interaksi antar siswa, dan interaksi dengan guru. Peserta didik lebih fokus terhadap proses pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Novan Ardy Wiyani (2013, p.132) bahwa perubahan posisi tempat yang bervariasi memiliki banyak manfaat, antara lain: 1) menghindari kejenuhan pada peserta didik dalam belajar, 2) menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga, 3) meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik, dan 4) memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi saat kegiatan belajar dan mengajar didalam kelas. Beberapa manfaat tersebut kelas akan menjadi kondusif sehingga hasil belajar diperoleh secara maksimal.
Variasi gaya pengaturan tempat duduk mampu menyatukan adanya keberagaman peserta didik didalam lingkungan kelas. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara peserta didik dengan guru dan antar peserta didik. Pola pengelompokan peserta didik dengan variasi gaya pengaturan tempat duduk berguna untuk menciptakan lingkungan belajar aktif, kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Sesuai dengan pendapat Mc Leod & Ruth Reynolds (2004, p.69) menjelaskan bahwa “often there is a need to develop social skills to assist group participations”. Maksudnya adalah seringkali ada kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk membantu partisipasi peserta didik dalam kelompok. Variasi gaya pengaturan tempat duduk sebagai salah satu alternatif ketrampilan sosial dalam membantu peserta didik bekerja sama dalam kelompok.
Sumber:
- Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah
- Ibtidaiyah (MI). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Rohani, Ahmad, & Ahmadi, A. (1991). Pengelolaan kelas, Jakarta: Rineka Cipta.
- Usman, M.U. 2009. Menjadi guru profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Susanto A, (2013). Teori belajar pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Wiyani, N.A. (2013). Manajemen kelas. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
- Mc Leod, J.H., & Reynolds, R. (2004). Planning for learning. Australia: Thomson Social Science Press.
- Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta, Muh Farozin. (2016). PENGARUH PENGATURAN TEMPAT DUDUK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF. Yogyakarta: SD Muhammadiyah Ponorogo, Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar