Menurut hasil wawancara, bahasa yang dominan
digunakan di daerah Brebes yaitu bahasa Jawa ngapak dengan dialek tegal-brebes.
Selain itu juga terdapat bahasa sunda yang digunakan oleh masyarakat daerah
brebes bagian barat seperti di daerah Salem. Ciri khas dari bahasa jawa yang
digunakan terdapat pada pengucapan huruf “a” yang tetap dibaca “a” bukan “o”,
misalnya pada kata sega, tetap dibaca
sega bukan sego. Ciri khas lain juga terdapat pada penekanan huruf K di akhir
kata yang diucapkan dengan jelas. Selain dari segi pengucapan, juga terdapat perbedaan dari
segi istilah untuk suatu benda yang berbeda dengan di daerah lainnya misalnya mengkreng (Cabe merah).Selain
menggunakan bahasa Jawa, juga terdapat pemakaian bahasa Indonesia untuk orang
yang dihormati seperti pada atasan atau dalam keadaan yang formal.
Di daerah Brebes, seseorang jika bertemu dengan
orang lain yang sudah dikenal maka ia akan menyapanya. Untuk menyapa teman
sebaya biasanya tidak menyebutkan nama atau salam, tetapi menggunakan kata-kata
gaul seperti “woy” atau “hey”. Sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua dan
yang lebih dihormati biasanya menyapa menggunakan sebutannya seperti mas, mbak,
pak, dll.
Bahasa Jawa ngapak dipakai untuk berbicara
dengan siapa saja seperti kepada teman sebaya, kakak, ataupun orang tua,
sehingga tidak ada pemakaian bahasa yang khusus seperti Bahasa Jawa Krama
kepada orang-orang tertentu.
2.
Dilihat dari aspek nilai-nilai dalam keluarga
Di daerah brebes keluarga besar meliputi
keturueunan nenek-nenek (buyut) sedangkan keluarga kecil hanya mencakup bapak,
ibu, dan anak saja. Dalam kekeluargaan anak selalu mematuhi perintah orang tua
baik itu bapak, ibu maupun kakek atau nenek. Karena kebiasaan orang brebes
dalam suatu keluarga adalah orang yang lebih tua berhak memberi perintah kepada
orang yang lebih muda.
Di daerah brebes Kemandirian seseorang anak
dalam suatu keluarga ditanamkan sejak kecil yang dimulai dengan dimilikinya
kamar sendiri sejakkelas 5 sekolah dasar. Dampak dari pada kemandirian tersebut
anak pada usia 20 tahun sudah berpikiran untuk mandiri dan memiliki penghasilan
sendiri. Sebagian besar anak di daerah brebes usia 18 tahun sudah mampu bekerja
untuk membiayai hidupnya sendiri. Namun ada juga yang usia 16 tahun sudah mampu
bekerja.
Orang tua sangat memotivasi dan memfasilitasi
anaknya dalam hal pendidikan. Sebagian besar orang tua membebaskan anaknya
dalam hal pendidikan. Ada sebagian kecil orang tua yang menentukan pendidikan
anaknya berdasarkan nasehat orang yang sukses di daerah tersebut namun ada pula
yang secara dominan orang tua menentukan pendidikannya. Dalam hal perjodohan
yang mementukan bukan lagi orang tua namun sebagian besar orang tua membolehkan
anaknya berpacaran maupun menikah ketika anaknya sudah mandiri dan mampu
menghasilkan uang untuk hidupnya sendiri.
3.
Dilihat dari aspek tata karma dan kebiasaan
sehari-hari
Dilihat dari kebiasaan yang ada di masyarakat
Brebes, masyarakat di Brebes selalu berusaha untuk menepati janji yang dibuat,
selain itu juga berusaha untuk selalu datang tepat waktu dalam berbagai hal.
Orang Brebes biasanya makan 3-4 kali sehari,
makanan pokok mereka adalah nasi dan menggunakan sendok dan garpu sebagai alat
untuk makan.Umumnya mereka jarang makan bersama dalam satu meja makan. Biasanya
saat mereka makan bersama mereka akan makan sambil bercakap-cakap dan bercerita
satu sama lainnya.
Mengenai tata karma dalam hubungan masyarakat,
seorang yang lebih muda bersikap sopan terhadap yang lebih tua. Kepada teman
sebaya mereka bersikap biasa, tetapi tetap saling menghormati satu dengan lain.
Budaya untuk saling menghormati telah tertanam di dalam diri masyarakat.
Orang di daerah Brebes, jika bertemu dengan
orang yang belum dikenal biasanya mereka akan berbasa-basi dahulu sebelum
berkenalan dengan orang tersebut. Hal ini biasanya dilakukan untuk menjalin
keakraban dengan orang-orang yang baru.
Di daerah Brebes, terdapat komunitas yang kurang
baik seperti orang-orang yang bergerombol yang membentuk geng dan nongkrong di
tempat-tempat umum. Tetapi juga terdapat komunitas yang baik seperti
perkumpulan di majelis-majelis keislaman.
4.
Dilihat dari aspek kebebasan pribadi
Kebebasan pribadi yang dimaksud merupakan
kebebasan melakukan segala sesuatu yang disenanginya tanpa mengalami kesulitan
yang berarti. Secara umum orang brebes sama dengan kepribadian orang-orang pada
umumnya yaitu memiliki egoisme tinggi maupun rendah. Namun dari hasil wawancara
anak sering mengorebankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan orang
lain. Namun ketika ada yang lebih penting seseorang anak akan menolak untuk
meluangkan waktunya.
Kebebasan
privasi dalam diri seseorang di daerah brebes pintu kamar tidur sering terbuka
namun akan tertutup ketika melakukan kegiatan yang dirasa pribadi. Apabila
seseorang masuk kamar tanpa izin pemilik kamar akan merasa tidak nyaman.
Di
daerah brebes sebagian besar orang menentukan masa depannya diarahkan oleh
orang tua maupun orang yang memiliki strata tinggi di daerah tersebut. Namun
ada sebagian kecil orang yang menentukan masa depannya sendiri tanpa pengarahan
orang tua.
Sumber: Dari riwayat seseorang di pinggiran brebes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar