Ilmu
merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Ilmu telah banyak
berperan dalam kehidupan manusia sehingga lebih modern dan maju. Ilmu juga
telah banyak memecahkan masalah seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai masalah kehidupan yang sulit lainnya.
Chapter 10
AKSIOLOGI: NILAI KEGUNAAN ILMU
By:
Dona Syafriana, S.Pd dan Maharani Ramadhanti, S.Pd
Ilmu
merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Ilmu telah banyak
berperan dalam kehidupan manusia sehingga lebih modern dan maju. Ilmu juga
telah banyak memecahkan masalah seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai masalah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan
ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi,
pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya.
Setiap
ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada
masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang
ilmuwan akan berpikir secara cermat untuk menghasilkan tekonolgi. Ilmuwan
dituntut untuk bertanggung jawab pada hal seperti ini. Oleh karena itu, disini
akan dijelaskan tentang nilai kegunaan ilmu yang berisi tentang nilai dan
moral, tanggung jawab sosial keilmuwan, nuklir dan pilihan moral serta revolusi
genetika.
Pengertian Aksiologi Sebagai Nilai Kegunaan Ilmu
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem atau berhubungan menurut metode-metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula.
Dalam aksiologi, hal yang paling dipermasalahkan ialah nilai. Disini nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan
sebagai kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Teori tentang nilai
dalam filsafat dibagi menjadi permasalahan etika dan estetika.
Etika
dimaknai sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia. Etika menilai perbuatan manusia yang berkaitan
erat dengan norma-norma kesusilaan manusia atau diartikan untuk mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik didalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu
kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya. Dalam filsafat estetika dapat dilihat pada sudut
indah dan jeleknya.
Nilai
subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat bersifat subjektif
jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia,
seperti perasaan, intelektualitas. Hasil nilai subjektif selalu akan mengarah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya, seorang
melihat matahari yang sedang terbenam disore hari. Akibat yang dimunculkannya
adalah menimbulkan rasa senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam
itu. Ini merupakan nilai yang subjektif dari seseorang dengan orang lain
memiliki kualitas yang berbeda. Sedangkan Nilai objektif muncul karena adanya
pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini didasarkan
suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas
benar-benar ada. Misalnya, kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu,
melainkan pada objektivitas fakta.
Ilmu
dan Moral
Kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat tergantung pada ilmu
dan teknologi. Berkat adanya kemajuan pesat dalam bidang tersebut, segala
kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik. Dewasa ini, ilmu sudah masuk
pada aspek reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri sehingga hal ini
mungkin dapat mengubah hakikat manusia itu sendiri. Hal inipun memunculkan
pertanyaan dari beberapa pihak tentang kenyataan seharusnya. Dan untuk menjawab
hal ini para ilmuwan berpaling pada hakikat moral.
Pada
dasarnya perkembangan ilmu tidak terlepas dari berbagai masalah moral. Ketika
seorang ahli Copernicus mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam yang
menerangkan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” hal ini
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agama, maka timbullah interaksi
antara ilmu dan moral yang bersumber pada ajaran agama. Galileo Galilei pun
juga berpendapat demikian. Hal ini menyebabkan pengadilan agama memaksa ahli
tersebut untuk mencabut pernyataannya ataupun mendapat hukuman mati.
Oleh
karena itu, para ilmuwan berusaha berjuang untuk menegakkan ilmu atau
mengembangkannya sebagaimana kenyataannya. Setelah hampir berjuang selama 250
tahun akhirnya para ilmuwan mendapat kebebasan untuk mengembangkan ilmu dengan
melakukan penelitian dalam mempelajari alam sebagaimana adanya.
Dengan
adanya kebebasan untuk mengembangkan ilmu secara luas, muncullah konsep –
konsep ilmiah yang cenderung abstrak sehingga berubah menjadi bentuk konkret
yang berupa teknologi. Teknolgi disini ialah penerapan ilmu untuk memecahkan
masalah. Teknologi bukan hanya untuk
mempelajari dan memahami berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah
manusia, tetapi juga untuk mengontrol dan mengarahkannya. Hal ini merupakan
akhir dari ketersinggungan ilmu dengan moral.
Pada
tahap selanjutnya, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda.
Yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat
beberapa penggunaan teknologi yang cenderung merusak kehidupan manusia itu
sendiri. Dalam menghadapi masalah ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua
pandangan. Pandangan pertama membagi ilmu yang bersifat netral dan terbebas
dari berbagai masalah yang dihadapi pengguna. Sedangkan pandangan yang kedua
menjelaskan bahwa netralitas ilmu tergantung proses penemuan ilmu saja dan
tidak pada penggunaannya. Namun pada pemilihan objek penelitian, kegiatan
penelitian tergantung pada asas – asas moral.
Kelompok
ini mendasarkan pandangannya pada beberapa hal, yakni: 1) Ilmu secara faktual
telah digunakan oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia
yang menggunakan teknologi keilmuwan; 2) Ilmu telah berkembang dengan pesat dan
para ilmuwan lebih mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta
pemecahan-pemecahannya, bila terjadi penyalagunaan.
Berbicara
masalah ilmu dan moral memang sudah umum, keduanya saling berkaitan. Ilmu bisa
menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkannya tidak
bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi
sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika dimanfaatkan
secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan
demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuan yang memiliki
landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang idiologi dalam mengembangkan
dan memanfaatkan keilmuannya. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai
moral, maka seorang ilmuan bisa menjadi bencana yang setiap saat bisa
membahayakan manusianitu sendiri, artinya bencanam dapat membayangi
kehidupannya.
Tanggung
Jawab Sosial Keilmuwan
Ilmu
merupakan hasil karya ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka
oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat – syarat keilmuwan
maka pasti akan diterima dan disunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu,
ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Tanggung jawab sosial
seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik
dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Hal ini
dikarenakan dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup manusia.
Ilmuwan juga meniliki fungsi untuk ikut bertanggung jawab agar produk keilmuwan
sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Ilmuwan juga
harus berusaha mempengaruhi opini masyarakat berdasarkan pemikirannya. Ilmuwan
juga mempunyai cara berpilir yang berbeda dari masyarakat awam. Masyarakat awam
biasanya terpukau oleh jalan pikiran yang cerdas. Kelebihan seorang ilmuwan
juga nampak dalam cara berpikir yang cermat dan teratur yang menyebabkan dia
mempunyai tanggung jawab sosial.
Tanggung
jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung
dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.
Dibidang etika tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi
informasi namun memberi contoh.Seorang ilmuwan juga harus bersifat obyektif,
terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, kukuh dalam pendiriannya, dan
berani mengakui kesalahannya. Seorang ilmuwan secara moral tidak akan
membiarkan hasil penelitian atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa
lain meskipun yang mempergunakan bangsanya sendiri.
Nuklir dan
Pilihan Moral
Seorang
ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk
menindas bangsa lain. Para ilmuwan bersifat netral pada hal kemanusiaan. Mereka
tegak dan bersuara sekiranya kemanusiaan memerlukan mereka. Suara para ilmuwan
bersifat universal untuk mengatasi golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan
rintangan lainnya yang bersifat sosial. Salah satu musuh manusia adalah
peperangan yang akan menyebabkan kehancuran, pembunuhan, kesengsaraan,
peperangan merupakan fakta dari sejarah. Tugas para ilmuwan ialah untuk
mengecilkan atau menghilangkan terjadi peperangan walaupun hal ini sangat
mustahil. Tetapi, seorang ilmuwan Einstein tak jemu menyerukan agar manusia
menghentikan peperangan.
Pengetahuan
merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan
kemanusiaan, atau sebaliknya disalahgunakan. Seorang ilmuwan tidak boleh
menyembunyikan hasil penemuan – penemuannya dalam bentuk apapun dari masyarakat
luas serta apapun juga yang akan menjadi konsekuensinya. Seorang ilmuwan yang
berlandaskan moral akan memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita
berkesadaran tinggi atau membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif maka
dalam penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri dari semua
keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Kenetralan dalam
ilmu menjadikannya bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan ilmiah.
Kemanusiaan seorang ilmuwan tidak terlepas oleh ruang bahkan waktu. Penemuan
yang kurang relevan dan tidak gunanya hari ini akan menjadi batu loncatan
menuju masa depan.
Kenetralan
dalam proses penemuan para ilmuwan yang mengharuskan ilmuwan bersikap dalam
menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan. Jika ilmu pengetahuan dipergunakan
tidak sebagaimana mestinya maka akan timbul kutukan dan ilmuwan harus tampil ke
depan serta harus bersikap.
Revolusi
Genetika
Ilmu
dalam persfektif sejarah kemanusiaan mempunyai puncak kecemerlangan masing-
masing, namun seperti kotak Pandora yang terbuka kecemerlangan itu membawa
malapetaka. Dengan penelitian genetika, kita tak lagi menelaah organ – organ
manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi kemudahan, melainkan manusia
sendiri sekarang menjadi objek penelaahan yang akan menghasilkan bukan lagi
teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknologi yang akan merubah
manusia itu sendiri.
Rekayasa
yang cenderung menimbulkan gejala anti kemanusiaan (dehumanisme) dan mengubah hakikat kemanusiaan. Hal ini menyebabkan
kekhawatiran disekitar batas dan wewenag pengembangan ilmu, disamping tanggung
jawab dan moral ilmwuan. Jika ilmuwan
melakukan telaahan terhadap organ tubuh manusia, seperti jantung dan
ginjal barangkali hal itu tidak menjadi masalah terutama jika kajian itu
bermuara pada penciptaan teknologi yang dapat merawat atau membantu fungsi-
fungsi organ tubuh manusia. Tapi jika sains mencoba mengkaji hakikat manusia
dan cenderung mengubah proses penciptaan manusia. Seperti kasus dalam kloning,
bayi tabung sehingga hal inilah yang menimbulkan pertanyaan disekitar batas dan
wewenang penjelajahan ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar