Kamis, 25 Mei 2017

Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share

Model struktural “Think-Phair-Share” merupakan salah satu model cooperative learning. Oleh karena itu sebelum membahas tentang model struktural “Think-Phair-Share”, akan dibahas dulu mengenai cooperative learning.




Menurut Rusman (2014: 202) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan  struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam CL, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai (Wina Sanjaya, 2006: 241). Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai cooperative learning dapat disimpulkan bahwa keberhasilan mengajar dalam model ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan invidu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Slavin (Thobroni, 2015: 237), antara lain:

  1. Group goals (adanya tujuan kelompok);
  2. Individual accountability (adanya tanggung jawab perseorangan);
  3. Equal opportunities for success (adanya kesempata yang sama untuk menuju sukses)
  4. Team competition (adanya persaingan kelompok);
  5. Task specialization (adanya penugasan khusus)
  6. Adaption to individual need (adanya proses penyesuaian diri terhadap kepentingan pribadi)

Adapun langkah-langkah cooperative learning (Rusman, 2014: 211) sebagai berikut:
  • Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topic yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
  • Tahap 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
  • Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien
  • Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
  • Tahap 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
  • Tahap 6 Memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar invidu dan kelompok.

Think Phair Share (TPS) menurut Slavin (dalam Thobroni, 2015: 245) adalah sebagai berikut: “This simple but very useful method was developed by Frank Lyman of the University of Maryland. When the teachers presents a lesson to the class student sit in pairs within their teams. The teacher poses question to the class. Students are instructed to think of an answer on their own, then to pair with their partners to reach consensus on an answer. Finally, the teacher ask students to share their agreed upon answer with the rest of the class”. TPS adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari universitas Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan di kelas. Lalu, siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir guru meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas.
Selanjutnya, menurut Suprijono (2009: 91) Think Phair Share memiliki makna sebagai berikut:
  1. Thinking (berpikir), Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan ide-ide mereka tentang pertanyaan atau wacana yang diberikan oleh guru
  2. Pairing (berpasangan), Siswa menentukan dengan siapa mereka akan berpasangan dengan tujuan agar siswa dapat berdiskusi dan mendalami ide-ide yang telah ditemukan masing-masing siswa.
  3. Sharing (berbagi), Setelah ditemukan kesepakatan ide-ide pada masing-masing kelompok, lalu pada tahap ini ide-ide tersebut dibagikan kepada kelompok lain melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab. Hal tersebut dimaksudkan agar dari berbagai ide-ide yang mereka temukan, dapat ditemukan satu struktur yang integratif dari pengetahuan yang telah dipelajari.

Daftar Pustaka:
  • Rusman. Dr. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
  • Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pustaka pelajar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru:

MAGNET

Gaya magnet adalah gaya tarik atau gaya tolak yang dihasilkan oleh suatu medan magnet. Beberapa logam, seperti besi tertentu memiliki medan ...

Postingan Populer