Jumat, 27 Mei 2022

Koneksi Antar Materi Modul 2.3.a.9 Tentang Kegiatan Coaching

Kegiatan Coaching sebagai keterampilan untuk mendukung pembelajaran yang berdeferensiasi dan pembelajaran sosial emosional serta mempercepat terwujudnya pelaksanaan pendidikan yang berpihak pada murid.




Secara definisi coaching adalah sebagai: “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Dengan mempelajari coacing kita tahu betul bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang berbeda dari konseling maupun mentoring. Kegiatan coacing hanya sebagai penuntun agar coachee atau orang yang memiliki permasalahan dapat memecahkannya sendiri. Hal tersebut melatih kemampuan coachee misalnya siswa atau guru dalam menyelesaikan masalah. Di sisi lain coach selaku pembimbing harus mengetahui pertanyaan pertanyaan yang dapat menuntun coachee untuk menyelesaikan masalah, artinya coach harus dibekali dengan keterampilan berkomunikasi yang baik. Untuk itu, seorang coach harus memahami apa yang disebut dengan model TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. 


Gambar 1. Pengarahan Pengajar Praktik tentang praktik Coaching

Model TIRTA merupakan model yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.  


Gambar 2 . Pelaksanaan Praktik Coaching Bersama Guru

Praktik Coacing pada dasarnya merupakan kegiatan yang mencerminkan semboyan pendidikan di Indonesia yaitu: Tut Wuri Handayani yang memiliki arti "Dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan". Selain itu praktik coaching juga mendekatkan kita pada kepada keterampilan menidik yang diprakarsai oleh bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yaitu "Sistem Among". 


Gambar 3. Refleksi Kegiatan Praktik Coaching

Dengan mempelajari kemampuan coaching maka seorang guru sudah merapkan kemunikasi yang memberdayakan dalam pembelajaran dan akan mampu mendidik anak dari hati dan pikiran. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial memerlukan praktik coaching mengingat setiap anak beragam baik minat, kesiapan dan profil belajar maupun dari segi karakteristik dan sifat mereka. Melalui praktik coaching kita akan mendapatkan secara mendetail kebutuhan belajar apa yang dibutuhkan oleh siswa dan tindakan apa yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang beragam.


Video Praktik Coaching

Saat ini pendidikan sedang diarahkan kepada pendidikan yang berpihak pada murid dengan mengunakan kurikulum yang sekarang ini disebut sebagai merdeka belajar. Pendidikan yang berpihak pada murid berarti sebuah kegiatan guna menggali potensi yang dimiliki siswa dan memberikan apa-apa yang dibutuhkan murid dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mendukung potensinya tesebut. Memperhatikan kesiapan, minat, dan profil belajar tiap anak menjadi langkah awal guru untuk menyiapkan pembelajaran yang berdiferensiasi agar benar-benar berfokus pada kebutuhan anak. Kegiatan tersebut tentunya harus memiliki keterampilan untuk menggali informasi. Praktik coaching menjadi kegaitan pendukung yang dapat mensukseskan merdeka belajar dan pendidikan yang berpihak pada murid. Dengan kegiatan tersebut guru yang dibekali keterampilan berkomunikasi dan coaching dapat menggali kebutuhan apa yang harus diberikan anak dan melatih anak dalam hal tanggung jawab.



  • Oleh : Faisal Azmi Bakhtiar, S.Pd
  • CGP: Angkatan 04 Kabupaten Brebes
  • Instansi: SDN Negla 04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru:

MAGNET

Gaya magnet adalah gaya tarik atau gaya tolak yang dihasilkan oleh suatu medan magnet. Beberapa logam, seperti besi tertentu memiliki medan ...

Postingan Populer